Contoh Proposal PTK Seni Rupa
JASA PEMBUATAN PTK KENAIKAN PANGKAT PNS/PERSIAPAN PLPG/UKG
JUDUL-JUDUL PTK KLIK DISINI
Ggak Punya waktu mengerjakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)??? Di sini nih... Solusinya..
Ciuuussss... ambil Hp, segera hubungi CS kami, pertanyaan-pertanyaan anda seputar PTK akan terjawab dengan lengkap...haha..kaya buku aja lengkap.
Buruan...
MAU KONSULTASI PTK?
BUTUH PROPOSAL PTK?
BUTUH GAMBARAN JUDUL PTK??
BUTUH PTK LENGKAP, NO COPY-COPY, ASLI DAN ORISINIL
PTK TERBARU DAN BELUM PERNAH TERPUBLIKASIKAN
PTK NYA SEKALIAN DIJADIKAN JOURNAL JUGA BOLEH PAK/BU....
LANGSUNG SAJA HUBUNGI CS KAMI DI :
- PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan. Pendidikan Seni Rupa sebagai proses yang sangat bermanfaat di dalam kehidupan, Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Mampu diterima di lingkungan masyarakat secara umum ketika peserta didik terjun di masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar; tugas guru mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar.Pentingnya lingkungan belajar; siswa bekerja dan belajar secara di panggung guru mengarahkan dari dekat.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya guna peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas khususnya pendidikan Seni Rupa. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu suatu penyempurnaan kurikukulum agar sesuai dengan tuntutan jaman dan perkembangan IPTEK. Kurikulum yang digunakan untuk saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Dalam KTSP seorang siswa harus mampu untuk mencapai Kriteria Kelulusan Minimum (KKM). Pada pelajaran SENI RUPA khususnya di nilai KKM_nya 76.
Dari studi awal terhadap hasil proses belajar, terungkap bahwa ketercapaian hasil belajar yang ditunjukkan dari nilai Harian siswa di bidang Seni Rupa khususnya pada siswa kelas VII B SMP Swadhyaya Seni Ukir belum optimal. Hal ini dapat di lihat masih ada beberapa siswa yang nilainya berada di bawah KKM sehingga jauh dari harapan. Beberapa permasalahan yang mengakibatkan yaitu pemahaman siswa terhadap konsep-konsep Seni Rupa masih dirasakan belum optimal dan proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Maka perlu pembaharuan dalam proses belajar mengajar melalui suatu model pembelajaran pemecahan masalah (CTL).
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Model pembelajaran pemecahan masalah (CTL) adalah salah satu model pembelajaran, dimana siswa dihadapkan pada permasalahan setelah mereka diberikan pengetahuan yang terkait dengan permasalahan tersebut serta langkah-langkah pemecahan masalah. Selanjutnya siswa diberikan kesempatan untuk memecahkan permasalahan mengikuti langkah-langkah pemecahan yang diberikan.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas, yang secara umum bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran Seni Rupa di kelas sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep Seni Rupa pada Kelas VII B SMP Swadhyaya Seni Ukir. Adapun judul penelitian ini, yaitu: Upaya meningkatkan minat belajar Seni Rupa dengan metoda CTL dalam mengapresiasi karya Seni Rupa Peserta Didik Kelas VII B SMP Swadhyaya Seni Ukir Tahun Ajaran 2012/2013.
- 2. Sasaran Tindakan
Penelitian ini dilakukan di SMP Swadhyaya Seni Ukir pada Kelas VII B semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan jumlah 23 orang.
- 3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1) Apakah model pembelajaran (CTL) dapat meningkatkan minat belajar seni rupa dalam mengapresiasi karya seni rupa peserta didik kelas VII B SMP Swadhyaya Seni Ukir Tahun Pelajaran 2012/2013?
- 4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan pada rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Meningkatkan minat belajar seni rupa peserta didik kelas VII B SMP Swadhyaya Seni Ukir Tahun Pelajaran 2012/2013 melalui model pembelajaran (CTL).
- Manfaat Penelitian
1) Bagi Siswa
Model CTL ini merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk :
-Peserta didik lebih cepat mengerti.
-Daya ingat siswa lebih lama karena langsung mengalami.
-Mampu memusatkan pikiran dalam belajar.
2) Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif dalam memilih model pembelajaran dalam upaya mencapai hasil yang lebih baik.
-guru akan lebih mudah menyajikan materinya.
– pembelajaran akan lebih interraktif.
-melalui persiapan awal guru lebih percaya diri berhadapan dengan peserta
Didiknya.
3) Bagi Sekolah
Penelitian yang dilakukan selain bermanfaat bagi guru dan siswa juga bermanfaat bagi sekolah, maka akan dapat meningkatkan dapat dijadikan sepertimbangan untuk mengembangan pembelajaran bidang studi lainnya.kualitas pendidikan sekolah. Inijuga
C. KAJIAN PUSTAKA
Pengertian
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Rasional
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Pemikiran Tentang Belajar
Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar; tugas guru mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar.Pentingnya lingkungan belajar; siswa bekerja dan belajar secara di panggung guru mengarahkan dari dekat.
Hakekat
Komponen pembelajaran yang efektif meliputi:
Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan.
Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat.
Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajr atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhir periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.
Penerapan CTL dalam pembelajaran
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan engkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua toipik. Kembangkan sifat keingin tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik yang betul-betul
Prof Drs Suarji Bastomi menyatakan Seni adalah Aktifitas batin dengan pengalaman estetik yang dinyatakan dalam bentuk agung yang mempunyai daya batin membangkitkan rasa takjub dan haru
Drs. Sudarmaji menyatakan Seni adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan menggunakan media garis, bidang, warna, tekstur, volume dan galap terang.
Ki Hajar Dewantara menyatakan Seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa manusia
Dari paparan pendifinisian beberapa tokoh seni ini, menunjukan bahwa seni adalah suatu aktifitas dari manusia melalui rasa dan pengalaman hidupnya untuk mencipkakan sesuatu yang mampu mengerakkan jiwa batin menjadi takjub menyenangkan dengan media yang dapat menghasilkan seni itu sendiri.
Seni adalah hasil karya manusia dari dorongan rasa (Ardita.2009:59). Rasa pada setiap suku bangsa atau perorangan adalah sangat relative atau subjektif. Dengan demikian seni dilihat dari sudut nilai-nilai apa yang terkandung didalamnya mempunyai sifat relatif pula. Kerelatifan nilai yang terkandung pada seni sangat di ditentukan nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi untuk melahirkan seni tersebut.
Seni menjunjung nilai keindahan menuju arah kinikmatan maupun kebahagiaan. Sehingga keindahan merupakan sesuatu yang membuat orang terpesona, disebabkan oleh indra penglihatan, indra pendengaran, dan indra perasaan yang tersentuh dengan tepat sesuai hati nurani ( Ardita.2009:180) Prilaku yang indah adalah prilaku yang ada dalam kondisi seimbang, selaras, serasi, harmoni, lestari, sebab prilaku tersebut melahirkan kenyamanan hidup, kenikmatan hidup sebagai hasil karya cipta manusia. Oleh karena kenyamanan dan kenikmatan hasil usaha manusia maka disebut dengan karya, sedangkan keindahan, keserasian, harmonis bersifat abstrak maka disebut cipta. Jika keindahan dalam arti nilai yang menjunjung tinggi seni prilaku dalam wujudnya adalah keseimbangan, keselarasan dan keserasian maka disebut dengan karya cipta. Selanjutnya keindahan dalam arti nilai menjunjung tinggi nilai seni dalam hati nurani (rasa) berupa gerak, bunyi, rupa akan melahirkan karya dalam wujud seni tari, seni musik, seni rupa, seni drama disebut karya seni
Karya seni sebagai salah satu nilai multikultur dalam pelajaran seni budaya dikelompokan menjadi 4 kelompok diantaranya :
- Seni Rupa menekankan pada pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam menghasilkan karya seni berupa benda benda hias, corak lukisan, design rumah adat, serta tokoh seniman yang terlibat pada beberapa daerah suku di indonesia sebagai kekayaan nasional. Secara konseptual pembelajaran Seni Rupa kepada anak adalah suatu proses berlatih mempelajari ide, gagasan, memahami sesuatu yang diwujudkan dalam gambar. Dalam proses pembelajaran, siswa belajar memindahkan hakiki bentuk, peristiwa atau disebut dengan nilai obyek yang diubah ke dalam gambar (transfer of value). Kegiatan mengamati obyek di sekelilingnya juga mencakup pengamatan terhadap perilaku manusia
- Pemahaman konsep SENI RUPA
Pemahaman konsep SENI RUPA adalah rekonstruksi makna dan hubungan-hubungan, bukan saja sekedar proses asimilasi dari pengetahuan yang dimiliki sebelumnya pada mata pelajaran SENI RUPA. Siswa dikatakan memahami suatu konsep jika siswa dapat mengerti, mengatakan dengan kata-kata sendiri, menerjemahkan, menafsirkan dan sebagainya.
- Model Pembelajaran Pemecahan Masalah (CTL)
- Model pembelajaran pemecahan masalah adalah salah satu model pembelajaran, dimana siswa dihadapkan pada permasalahan setelah mereka diberikan pengetahuan yang terkait dengan permasalahan tersebut serta langkah-langkah pemecahan masalah. Selanjutnya siswa diberikan kesempatan untuk memecahkan permasalahan mengikuti langkah-langkah pemecahan yang diberikan.
- Karakteristik Seni rupa
Menurut Soedjadi (1994:1), meskipun terdapat berbagai pendapat tentang Seni Rupa yang tampak berlainan antara satu sama lain, namun tetap dapat ditarik ciri-ciri atau karekteristik yang sama, antara lain: (a) memiliki objek kajian abstrak, (b) bertumpu pada kesepakatan, (c) berpola pikir deduktif, (d) memiliki symbol yang kosong dari arti, (e) memperhatikan semesta pembicaraan, (f) konsisten dalam sistemnya.
Seni Rupa sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar yang berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Dari objek dasar itu berkembang menjadi objek-objek lain, misalnya: pola-pola, struktur-struktur dalam Seni Rupa yang ada dewasa ini. Pola pikir yang digunakan dalam Seni Rupa adalah pola pikir deduktif, bahkan suatu struktur yang lengkap adalah deduktif aksiomatik.
- Seni Rupa sekolah adalah bagian dari Seni Rupa yang dipilih, antara lain dengan pertimbangan atau berorientasi pada kependidikan. Dengan demikian, pembelajaran Seni Rupa perlu diusahakan sesuai dengan kemampuan kognitif siswa, mengkongkritkan objek Seni Rupa yang abstrak sehingga mudah difahami siswa. Selain itu sajian Seni Rupa sekolah tidak harus menggunakan pola pikir deduktif semata, tetapi dapat juga digunakan pola pikir induktif, artinya pembelajarannya dapat menggunakan pendekatan induktif. Ini tidak berarti bahwa kemampuan berfikir deduktif dan memahami objek abstrak boleh ditiadakan begitu saja.
- Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2002:100). Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan tingkah laku.
- E. METODE PENELITIAN
- Seting Penelitian
1) Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas VII B SMP Swadhyaya Seni Ukir.
2) Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012.
- Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas VII B SMP Swadhyaya Seni Ukir semester 1 Tahun Pelajaran 2012 yang berjumlah 23 orang. Alasan dipihnya subjek penelitian ini karena di kelas tersebut terungkap permasalahan rata-rata nilai siswa masih berada di bawah KKM.
- Sumber Data
Data penelitian ini masih tergolong data primer yang diperoleh langsung dari siswa. Dengan demikian yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Swadhyaya Seni Ukir. Data lain mengenai jumlah siswa diperoleh dari hasil dokumentasi sekolah.
- Metode Pengumpulan data dan instrumen
- Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa studi dokumentasi untuk memperoleh foto pada saat proses pembelajaran, observasi, refleksi tiap akhir siklus, dan kuisoner untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran. Sedangkan data kuantitatif berupa hasil penilaian tes pemahaman konsep pada akhir siklus dan tugas terstruktur. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena penelitian ini sesuai dengan ciri-ciri penelitian kualitatif (Sudjana, 2004:197), yaitu: (a) menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung, (b) bersifat deskriptif analitik, (c) tekanan penelitian ada pada proses bukan pada hasil, (d) bersifat induktif, (e) mengutamakan makna.
Selanjutnya Sudjana (2004:200) mengatakan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tetapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik makna dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa menggunakan enumerasi dan statistik, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dan tingkah laku dalam situasi alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks ruang, waktu dan situasi tertentu.
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menelusuri dan mendapatkan gambaran secara jelas tentang situasi kelas dan tingkah laku siswa selama pembelajaran berlangsung.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Ebbutt (dalam Wiriaatmadja, 2005:12) yang mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
- Kehadiran Peneliti
Karena pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan. Menurut Moleong (dalam Sri Harmini, 2004:22), kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul, penganalisis, penafsir data dan akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian.
- Validasi data
- Analisis Data
Tes pemahaman konsep dianalisis dengan menentukan nilai pemahaman konsep siswa yang diperoleh melalui tes pemahaman dan tugas terstruktur.
Respon siswa dianalisis dengan menggunakan kuisoner Sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan, ada dua teknik analisis data yang digunakan, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan terhadap hasil tes, sedangkan analisis kualitatif digunakan terhadap data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa atau hal-hal lain yang tampak selama berlangsungnya penelitian.
- Rancangan Penelitian
Berdasarkan analisis terhadap masalah yang dijumpai, maka pemecahan permasalahan akan diselesaikan dengan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan, yaitu siklus-1 dan siklus-2. Masing-masing siklus meliputi kegiatan penyusunan perencanaan tindakan, pelaksanakan tindakan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, 2012:16)
- Indikator Kerja
Menggunakan indikator keberhasilan dengan mencari persentasenya.
- Prosedur Penelitian
Berdasarkan analisis terhadap masalah yang dijumpai, maka pemecahan permasalahan akan diselesaikan dengan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan, yaitu siklus-1 dan siklus-2. Masing-masing siklus meliputi kegiatan penyusunan perencanaan tindakan, pelaksanakan tindakan, pengamatan , dan refleksi (Arikunto, 2012:16)
Dftar Pustaka ;
Dahar, Ratna Willis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dimyanti dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Dikti.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Koyan, I Wayan. 2006. Analisis Data Kuantitatif: Materi Kuliah Statistika Pendidikan PPs. Undiksha Singaraja.
Nur Syam. 2008. Tantangan Baru Multikulturalisme di Indonesia. Yogyakarta : Kanisius.
Purwasito, Andrik. 2003. Komunikasi Multikultural. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.
.Sadia, I Wayan. 2006. Landasan Konseptual Pengelolaan Kegiatan Belajar-Mengajar. Materi Perkuliahan Landasan Pembelajaran PS. Manajemen Pendidikan PPs. Undiksha Singaraja.
Sadulloh, Uyoh. 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sardiman A.M. 2005. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sila I Nyoman. 2005. Ekspresi Dalam Seni Tari Dan Seni Rupa Sebuah Kajian Perbandingan : Singaraja.Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Pendidikan Bahasa Dan seni IKIPN Singaraja