Contoh Skripsi Penelitian Tindakan Kelas Tentang Penerapan Metode Resitasi
JASA PEMBUATAN PTK KENAIKAN PANGKAT PNS/PERSIAPAN PLPG/UKG
Ggak Punya waktu mengerjakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)??? Di sini nih... Solusinya..
Ciuuussss... ambil Hp, segera hubungi CS kami, pertanyaan-pertanyaan anda seputar PTK akan terjawab dengan lengkap...haha..kaya buku aja lengkap.
Buruan...
MAU KONSULTASI PTK?
BUTUH PROPOSAL PTK?
BUTUH GAMBARAN JUDUL PTK??
BUTUH PTK LENGKAP, NO COPY-COPY, ASLI DAN ORISINIL
PTK TERBARU DAN BELUM PERNAH TERPUBLIKASIKAN
PTK NYA SEKALIAN DIJADIKAN JOURNAL JUGA BOLEH PAK/BU....
LANGSUNG SAJA HUBUNGI CS KAMI DI :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pendidikan nasional Indonesia kini berada dalam lingkungan yang dinamis. Dinamika perubahan itu ditunjukkan melalui tiga skala yaitu global, nasional, dan lokal. Perubahan tersebut membawa tuntutan akan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan, bangsa Indonesia dapat mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki rasa percaya diri untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Pendidikan yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia adalah pendidikan yang dapat mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan, serta membangkitkan semangat generasi bangsa untuk menggali berbagai potensi, dan mengembangkannya secara utuh dan menyeluruh. Oleh karena itu peran seorang pendidik sangat penting untuk meningkatkan motivasi belajar bagi peserta didik. Pada proses belajar mengajar terjadi suatu proses yang melibatkan dua pihak, peneliti dan siswa yang memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan prestasi belajar, tetapi dengan pemikiran yang berbeda. Dari pihak siswa pemikiran tertuju pada materi pelajaran agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya sedangkan peneliti memikirkan peningkatan minat dan perhatian siswa terhadap materi pelajaran agar timbul motivasi belajar sehingga siswa dapat mencapai hasil atau prestasi belajar yang lebih baik. Ini tidak berarti bahwa peneliti lebih aktif daripada siswa, tetapi karena tanggung jawab profesionalnya mengharuskan peneliti berupaya merangsang motivasi belajar siswa dan berupaya pula menguasai materi pelajaran serta strategi yang lebih efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu strategi seorang peneliti untuk meningkatkan motivasi siswa dan prestasi belajar siswa adalah penggunaan metode pembelajaran yang tepat.
Penggunaan metode mengajar yang tepat, merupakan suatu alternatif mengatasi masalah rendahnya daya serap siswa terhadap pelajaran biologi, guna meningkatkan mutu pengajaran. Penerapan suatu metode pengajaran harus ditinjau dari segi keefektifan, keefesienan dan kecocokannya dengan karakteristik materi pelajaran serta keadaan siswa yang meliputi kemampuan, kecepatan belajar, minat, waktu yang dimiliki dan keadaan sosial ekonomi siswa sebagai obyek. Sesuai yang dikatakan oleh Rostiyah bahwa :
“Setiap jenis metode pengajaran harus sesuai atau tepat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi untuk tujuan yang berbeda peneliti harus mengadakan teknik penyajian yang berbeda sekaligus untuk mencapai tujuan pengajarannya”. (Rostiyah, 1991)
Salah satu metode yang diterapkan dalam melibatkan siswa secara aktif, guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar adalah menggunakan metode resitasi. Dalam metode resitasi diharapkan mampu memancing keaktifan siswa dalam proses belajarn mengajar. Hal ini disebabkan karena siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas yang diberikan peneliti dan harus dipertanggungjawabkan (Nana Sudjana, 1989). Dalam keberhasilan proses belajar mengajar disamping tugas peneliti, maka siswa turut memegang peranan yang menentukan dalam pencapaian tujuan pendidikan. Sebab bagaimapun baiknya penyajian peneliti terhadap materi pelajaran, akan tetapi siswa tidak mempunyai perhatian dalam hal belajar maka apa yang diharapkan sukar tercapai. Menurut Slameto (1991) sebagai berikut :
“Agar siswa berhasil dalam belajarnya, perlulah mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas itu mencakup mengerjakan PR, menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pegangan, tes/ualangan harian, ulangan umum dan ujian”.
Pembelajaran dengan metode mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan akan meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebagai contoh adalah pemberian tugas pada setiap akhir pelajaran dengan harapan aktifitas belajar siswa dapat ditingkatkan, sehingga prestasi belajar siswa dapat pula meningkat. Menurut Harmawati (1993) sebagai berikut :
“Pemberian tugas pada setiap pertemuan mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian tugas setiap pertemuan menyebabkan siswa termotivasi dalam belajar, disamping itu siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar”.
Pada peningkatan prestasi belajar siswa bukan hanya peran peneliti yang dibutuhkan tetapi siswa sendirilah yang dituntut peran aktif dalam proses belajar mengajar. Salah satu hal yang penting dimiliki oleh siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya adalah penguasaan bahan pelajaran. Siswa yang kurang mengusai bahan pelajaran akan mempunyai nilai yang lebih rendah bila dibandingkan dengan siswa yang lebih mengusai bahan pelajaran. Untuk menguasai bahan pelajaran maka dituntut adanya aktifitas dari siswa yang bukan hanya sekedar mengingat, tetapi lebih dari itu yakni memahami, mengaplikasikan, mensistesis, dan mengevaluasi bahan pelajaran.
Perlu disadari bahwa yang diharapkan oleh peneliti terhadap siswanya adalah bahan pelajaran yang diterima siswa dapat dikuasainya dengan baik. Olehnya itu, maka salah satu cara yang ditempuh adalah tugas yang diberikan oleh peneliti tidak hanya dikerjakan di kelas yang sempit dan terbatas oleh waktu, akan tetapi perlu dilanjutkan di rumah, di perpustakaan, di laboratorium dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik mengangkat penelitian ini dengan judul “Penerapan Metode Resitasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII3 SMP Negeri 2 Majauleng Kabupaten Wajo”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Apakah ada peningkatan hasil belajar biologi siswa kelas VII3 SMP Negeri 2 Majauleng Kabupaten Wajo melalui penerapan metode resitasi ?”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
“Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar biologi siswa kelas VII3 SMP Negeri 2 Majauleng Kabupaten Wajo melalui penerapan metode resitasi”.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi tentang peningkatan hasil belajar biologi siswa melalui penerapan metode resitasi.
2. Sebagai wacana yang dapat menambah wawasan peneliti bidang studi biologi dalam menggunakan strategi pembelajaran.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji masalah yang relevan dalam penelitian ini.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan pustaka
1. Metode Resitasi
a. Pengertian Metode Resitasi
Metode resitasi adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran. Pelaksanaannya bisa dirumah, diperpustakaan, dan lain-lain dan hasilnya dipertanggungjawabkan.
Sedangkan Slameto (1991) mengemukakan :
Metode resitasi adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan diluar jadwal sekolah dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan kepada peneliti.
Metode resitasi adalah metode penyajian bahan dimana peneliti memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak , sementara waktu sedikit.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode resitasi adalah pemberian tugas kepada siswa atau diluar jadwal pelajaran yang pada akhirnya di pertanggungjawabkan kepada peneliti yang bersangkutan.
Metode resitasi merupakan salah satu pilihan metode mengajar seorang peneliti, dimana peneliti memberikan sejumlah item tes kepada siswanya untuk dikerjakan di luar jam pelajaran. Pemberian item tes ini biasanya dilakukan pada setiap kegiatan belajar mengajar di kelas, pada akhir setiap pertemuan atau akhir pertemuan di kelas.
Pemberian tugas ini merupakan salah satu alternatif untuk lebih menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus. Hal ini disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang harus disampaikan sementara waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa utnuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Rostiyah (1991) menyatakan bahwa untuk mengatasi keadaan seperti diatas, peneliti perlu memberikan tugas-tugas diluar jam pelajaran.
b. Pengajaran dengan Metode Resitasi
Pemberian tugas kepada siswa untuk diselesaikan di rumah, di laboratorium maupun diperpustakaan cocok dalam hal ini, karena dengan tugas ini akan merangsang siswa untuk melakukan latihan-latihan atau mengulangi materi pelajaran yang baru didapat disekolah atau sekaligus mencoba ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya, serta membiasakan diri siswa mengisi waktu luangnya di luar jam pelajaran. Dengan sendirinya telah berusaha memperdalam pemahaman serta pengertian tentang materi pelajaran. Teori Stimulus-Respon (S – R) mendukung dalam hal ini yaitu :
Prinsip utama belajar adalah pengulangan. Bila S diberikan kepada obyek maka terjadilah R. Dengan latihan, asosiasi antara S dan R menjadi otomatis. Lebih sering asossosiasi antara S dan R digunakan makin kuatlah hubungan yang terjadi, makin jarang hubungan S dan R dipergunakan makin lemahlah hubungan itu (Herman Hudoyo, 1990).
Di dalam suatu kelas, tingkat kemampuan siswa cukup heterogen, sebagian dapat langsung mengeri pelajaran hanya satu kali penjelasan oleh peneliti, sebagian dapat mengerti bila diulangi dua atau tiga kali materinya dan sebagian lagi baru dapat mengerti setelah diulangi di rumah atau bahkan tidak dapat mengerti sama sekali.
Umumnya seorang peneliti mengatur kecepatan mengajarnya sesuai dengan keadaan rata-rata siswa dengan beberapa penyesuaian terhadap yang kurang mampu ataupun yang dianggap pandai. Walaupun demikian kemungkinan sebagian besar siswa cara belajarnya belum sesuai benar, bagi mereka masa belajar di kelas merupakan ajang untuk memulai materi. Pemberian tugas-tugas untuk diselesaikan di rumah, diperpustakaan maupun di laboratorium akan memberikan kesempatan untuk belajar aktif yang sesuai dengan irama kecepatan belajarnya. Hal ini merupakan pengalaman belajar yang sejati bagi individu yang bersangkutan.
Memberikan tugas-tugas kepada siswa berarti memberi kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan yang baru saja mereka dapatkan dari peneliti disekolah, serta menghafal dan lebih memperdalam materi pelajaran. Peranan penugasan kepada siswa sangat penting dalam pengajaran, hal ini dijelaskan oleh I. L. Pasaribu :
Metode tugas merupakan suatu aspek dari metode-metode mengajar. Karena tugas-tugas meninjau pelajaran baru, untuk menghafal pelajaran yang sudah diajarkan, untuk latihan-latihan, dengan tugas untuk mengumpulkkan bahan, untuk memecahkan suatu masalah dan seterusnya (I. L. Pasaribu, 1986)
Dalam memberikan tugas kepada siswa, peneliti diharuskan memeriksa dan memberi nilai. Rostiyah (1991) mengemukakan bahwa dengan mengevaluasi tugas yang diberikan kepada siswa, akan memberi motivasi belajar siswa.
Cara mengajar dengan resitasi adalah dengan pemberian tugas di luar jadwal pelajaran.
Metode ini mengandung tiga unsur, antara lain :
- Pemberian tugas
- Belajar
- Resitasi
Tugas, merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai suatu metode mengajar merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh peneliti kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan pemberian tugas tersebut siswa belajar, mengerjakan tugas.
Dalam melaksanakan kegiatan belajar, siswa diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Tahap terakhir dan pemberian tugas ini adalah resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan atau dipelajari. Jadi metode pemberian tugas belajar dan resitasi atau biasanya disingkat metode resitasi merupakan suatu metode mengajar dimana peneliti membebankan suatu tugas, kemudian siswa harus mempertanggung jawabkan hasil tugas tersebut. Resitasi sering disamakan dengan "home work" ( pekerjaan rumah ), padahal sebenarnya berbeda. Pekerjaan rumah ( PR ) mempunyai pengertian yang lebih khusus, ialah tugas - tugas yang diberikan oleh peneliti, dikerjakan siswa di rumah.
Sedangkan resitasi, tugas yang diberikan oleh peneliti tidak sekedar dilaksanakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di perpustakaan, laboratorium, atau ditempat -tempat lain yang ada hubungannya dengan tugas / pelajaran yang diberikan.
Jadi resitasi lebih luas daripada homework. Akan tetapi keduanya mempunyai kesamaan, antara lain :
- Mempunyai unsur tugas
- Dikerjakan oleh siswa dan dilaporkan hasilnya
- Mempunyai unsur didaktis pedagogis
Menurut pandangan tradisional, pemberian tugas dilakukan oleh peneliti karena pelajaran tidak sempat diberikan di kelas. Untuk menyelesaikan rencana pengajaran yang telah ditetapkan, maka siswa diberi tugas untuk mempelajari dengan diberi soal - soal yang harus dikerjakan di rumah. Kadang - kadang juga bermaksud agar anak-anak tidak banyak bermain.
Sedangkan menurut pandangan tugas diberikan dengan pandangan bahwa kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh sekolah, baik kegiatan kurikuler, maupun ekstra kurikuler.
c. Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam Metode Resitasi
Dalam penggunaan Metode Resitasi harus memperhatikan 2 hal yaitu :
1). Pemberian tugas belajar dan resitasi dikatakan wajar bila bertujuan :
a). Memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima.
b). Melatih siswa ke arah belajar mandiri.
c). Siswa dapat membagi waktu secara teratur.
d). Agar siswa dapat memanfaatkan waktu terluang untuk menyelesaikan tugas
e). Melatih siswa untuk menemukan sendiri cara - cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas.
f). Memperkaya pengalaman-pengalaman di sekolah melalui kegiatan-kegiatan diluar kelas.
2). Langkah-langkah dalam pengajaran metode tugas dan resitasi adalah :
a). Fase Pemberian tugas
- Tujuan yang akan dicapai
- Jenis tugas yang jelas dan tepat
- Sesuai dengan kemampuan siswa
- Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
- Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut
b). Langkah Pelaksanaan Tugas
- Diberikan bimbingan/ pengawasan oleh peneliti
- Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja
- Diusahakan /dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain
- Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh
c). Fase mempertanggungjawabkan Tugas
- Laporan siswa baik lisan/ tertulis dari apa yang dikerjakannya
- Ada Tanya jawab/diskusi kelas
- Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maunpun non tes
d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Resitasi
Adapun kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
1). Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih banyak
2). Memupuk rasa tanggung jawab
3). Memperkuat motivasi belajar
4). Menjalin hubungan antara sekolah dengan keluarga
5). Mengembangkan keberanian berinisiatif
6). Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok
7). Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan peneliti
8). Dapat membina tanggung jwab dan disiplin siswa.
Adapun kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
1). Siswa sulit dikontrol mengenai pengerjaan tugas
2). Khusunya untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikan adalah anggota tertentu saja , sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik
3). Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa
4). Sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa
5). Memerlukan pengawasan yang ketat, baik oleh peneliti maupun orang tua
6). Banyak kecenderungan untuk saling mencontoh dengan teman - teman
7). Dapat menimbulkan frustasi bila gagal menyelesaikan tugas
8). Agak sulit diselesaikan oleh siswa yang tinggal bersama keluarga yang kurang teratur.
2. Hasil Belajar
Menurut Sadiman (2005) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Hudoyo (1990) menyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kegemaran, dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Dengan demikian dapat diartikan bahwa seseorang dikatakan telah belajar apabila dia telah mengalami suatu proses kegiatan tertentu sehingga dalam dirinya terjadi suatu perubahan tingkah laku yang kelihatan atau nampak.
Arsyad (1997) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya.
Curson dalam Sahabuddin (2003) mengemukakan bahwa belajar adalah modifikasi yang tampak dari perilaku seseorang melalui kegiatan-kegiatan dan pengalaman-pengalamannya, sehingga pengetahuan, keterampilan dan sikapnya, termasuk penyesuaian cara-caranya, terhadap lingkungan yang berubah-ubah, yang sedikit banyaknya permanen.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar apabila dalam diri orang itu telah terjadi perubahan tingkah laku yaitu penambahan pengetahuan berkat adanya proses kegiatan berupa pengalaman dan latihan-latihan.
Menurut Danim (1995) belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinyu, dari proses itu akan diperoleh sesuatu hasil yang disebut hasil belajar. Hudoyo (1990) memberikan batasan bahwa hasil belajar adalah proses berfikir menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian interaksi yang telah diperoleh. Dimyati dan Modjiono (2002) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi peneliti, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Sudjana (1989) mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar mengajar). Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang-bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi peneliti, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Dari beberapa kutipan di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki sebagai hasil pembelajaran yang diamati melalui penampilan siswa di mana untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai diadakan penilaian, dan salah satu alat ukur yang digunakan adalah tes. Jadi hasil belajar biologi siswa adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil pembelajaran biologi yang dapat diamati melalui penampilan siswa dengan menggunakan tes sebagai alat ukur hasil belajar biologi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Belajar merupakan suatu proses, maka baik proses maupun hasil belajar itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor-faktor dari diri siswa seperti latar belakang diri siswa di antaranya aktivitas belajar, umur, jenis kelamin, motivasi, status siswa, fasilitas belajar, tingkat sosial ekonomi, dan latar belakang yang lain.
Dalam Djamarah dan Zain (1996) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a. Tujuan.
Tujuan merupakan pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.
b. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas.
c. Anak didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Anak yang menyenangi pelajaran tertentu dan kurang menyenangi pelajaran yang lain adalah perilaku anak yang bermula dari sikap mereka karena minat yang berlainan. Hal ini akan mempengaruhi kegiatan belajar anak.
d. Kegiatan pengajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar, maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Gaya mengajar guru berusaha mempengaruhi gaya belajar anak didik.
e. Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik. Bila tiba masa ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan dan harus selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan item-item soal evaluasi.
f. Suasana Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi biasanya dilkasanakan di dalam kelas. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dala kelas akan memepengaruhi suasana kelas. Sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan. Karena sikap mental anak didik belum semuanya siap untuk berlaku jujur, maka dihadirkanlah satu atau dua orang pengawas atau guru yang ditugaskan untuk mengawasinya. Selama pelaksanaan evaluasi, selama itu pula juga seorang pengawas mengamati semua sikap, gerak gerik yang dilakukan oleh anak didik.
Menurut Hasibuan dan Moedjiono (1999) kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar yaitu:
a. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingkungan skolastik).
b. Strategi kognitif, mengatur “cara belajar” dan berpikir seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.
c. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. Kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang.
d. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka dan sebagainya.
e. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecendrungannya bertingkah laku terhadap orang, barang, atau kejadian.
Faktor-faktor yang telah dikemukakan di atas, melibatkan faktor intern dan faktor ekstern. Untuk itu, demi mencapai suatu tujuan, diperlukan adanya kerja sama yang baik antar komponen-komponen pendidikan.
B. Kerangka Pikir
Upaya optimalisasi penggunaan sumber daya merupakan salah satu strategi yang ditempuh agar kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa dapat ditingkatkan. Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya pembelajaran, harus dipilih atau dilaksanakan suatu metode pembelajaran yang memiliki peluang terjadinya pemanfaatan sumber daya secara optimal.
Biologi adalah salah satu mata pelajaran yang membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat untuk diterapkan agar siswa tidak bosan mempelajarinya mengingat fenomena di lapangan masih banyak peneliti bahasa biologi yang menggunakan metode ceramah sehingga siswa belajar secara pasif. Untuk mengatasi hal tersebut, maka salah satu solusi untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar biologi adalah menerapkan metode resitasi.
Metode pembelajaran resitasi memberi peluang kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dan pemanfaatan sumber daya pembelajaran secara optimal. Pemberian tugas dapat memacu siswa agar mau belajar mandiri. Jika siswa sudah terbiasa belajar mandiri maka siswa akan lebih siap saat mengikuti pembelajaran. Apabila siswa secara sungguh-sungguh mengerjakan tugas rumah, siswa akan mampu mengingat suatu materi konsep lebih banyak dan lebih lama. Dengan demikian, hasil belajar siswa bisa meningkat.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : ”bila dalam pembelajaran biologi diterapkan metode resitasi, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII3 SMP Negeri 2 Majauleng Kabupaten Wajo”.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang meliputi empat tahap pelaksanaan yaitu: perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII3 SMP Negeri 2 Majauleng tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 orang.
C. Faktor yang diselidiki
Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor proses yaitu melihat bagaimana aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar berlangsung.
2. Faktor hasil yaitu melihat apakah penerapan metode resitasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (Classroom action research) dengan desain sebagai berikut.

Bagan 3.1. Desain Penelitian
E. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) diawali dengan refleksi awal yang dilakukan oleh peneliti yang berkolaborasi dengan partisipan mencari informasi lain untuk mengenali dan mengetahui kondisi awal atau mencari masalah yang ada pada tempat yang akan dijadikan subyek penelitian. Secara umum penelitian tindakan kelas memiliki desain dengan empat langkah utama, yaitu rencana tindakan, pelaksanaan tindakan observasi/evaluasi dan refleksi
Desain PTK merupakan proses perbaikan secara terus-menerus dari suatu tindakan yang masih mengandung kelemahan sebagaimana hasil refleksi menuju ke arah yang semakin sempurna. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, pada akhir setiap siklus dilakukan evaluasi hasil belajar. Tiap siklus berlangsung selama 4 kali pertemuan yaitu 3 kali tatap muka untuk proses pembelajaran dan 1 kali tes yang dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai.
Hal-hal penting yang dilakukan pada kedua siklus di atas adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi keadaan siswa dan implementasi pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi selama proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas untuk mencatat hal-hal berikut:
a) Kesiapan, kesungguhan, dan keaktifan siswa selama mengikuti proses belajar mengajar.
b) Pertanyaan, tanggapan, atau komentar yang diajukan siswa.
c) Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal atau tugas maupun yang diberikan.
2. Melakukan Perencanaan PTK
Pelaksanaan tindakan setiap siklus mengikuti langkah-langkah skenario sebagai berikut :
Siklus I : - Merancang tindakan siklus I
- Melaksanakan tindakan
- Memantau tindakan yang dilaksanakan (observasi)
- Mengadakan refleksi I
Siklus II: - Merancang tindakan siklus II berdasarkan pengalaman siklus I
- Melaksanakan tindakan perbaikan
- Memantau tindakan yang dilaksanakan (observasi)
- Mengadakan refleksi II
Selanjutnya diuraikan gambaran kegiatan yang dilakukan masing-masing siklus sebagai berikut:
Gambaran Umum siklus I
1. Tahap Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut:
a) Hasil observasi awal di SMP Negeri 2 Majauleng, khususnya siswa kelas VII peneliti tidak pernah mengajar dengan menggunakan metode resitasi, sehingga hasil belajar kurang maksimal. Temuan ini merupakan bahan refleksi untuk melakukan siklus I dengan cara membuat perencanaan tindakan siklus I.
b) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran.
c) Merancang soal-soal yang akan digunakan.
d) Membuat tabel spesifikasi dan kisi-kisi soal untuk penyusunan tes evaluasi
e) Menyusun instrumen berupa tes hasil belajar yang terdiri atas soal-soal berdasarkan indikator yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP).
2. Tahap tindakan
Siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Pertemuan 1 sampai 3 dilaksanakan untuk proses belajar mengajar lalu penerapan metode resitasi tiap pertemuan dan pertemuan ke-4 untuk pelaksanaan tes dilaksanakan selama 2 x 40 menit.
Tahap ini siswa diberikan materi. Tiap akhir dari materi ini, siswa diberikan tugas mengenai materi yang telah diajarkan atau tugas yang memiliki keterkaitan dengan tugas yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Tugas ini kemudian dikerjakan oleh siswa di luar jam pelajaran. Tugas yang diberikan terlebih dahulu dijelaskan/diberikan petunjuk yang jelas, agar siswa yang belum mampu memahami tugas itu berupaya untuk menyelesaikannya. Tempat dan lama waktu penyelesaian tugas harus jelas
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan untuk tiap sub materi pada siklus I sebagai berikut :
a) Penjelasan tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada sub materi yang diajarkan dan mengabsen siswa.
b) Penjelasan mengenai materi dengan metode ceramah dan diskusi.
c) Pemberian pertanyaan refleksi mengenai materi yang telah diajarkan.
d) Penjelasan peneliti mengenai tugas yang akan dikerjakan.
e) Peneliti harus memberikan bimbingan utamanya kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar atau salah arah dalam mengerjakan tugas.
f) Laporan siswa baik lisan/ tertulis dari apa yang dikerjakannya
g) Tanya jawab/diskusi kelas yang berhubungan dengan tugas diberikan pada siswa
h) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maunpun non tes
3. Tahap observasi/evaluasi
Tahap observasi dan evaluasi selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti dengan dibantu dua orang bertindak sebagal observer, yaitu dengan mengisi lembar observasi yang memuat rekaman keaktifan siswa pada pertemuan pertama hingga akhir yang meliputi; kehadiran siswa, keaktifan siswa dalam mengerjakan soal-soal, menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, dan menanggapi jawaban siswa lain; kesungguhan siswa mengikuti pelajaran, dan kekompakan yang diperlihatkan setiap kelompok, kemampuan siswa menjawab soal-soal dengan benar, keberanian siswa/kelompok mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya serta perilaku siswa yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar.
Evaluasi dilakukan setelah proses belajar mengajar dan observasi siklus I selama dua kali pertemuan, yang berupa evaluasi proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa. Data dari evaluasi ini digunakan untuk menyusun refleksi dalam rangka persiapan perencanaan tindakan siklus II