/* hilangkan navbar ----------------------------- */ #navbar-iframe { height:0px; visibility:hidden; display:none }

meta console

MAKALAH PTK


MAKALAH PTK

JUDUL SKRIPSI SASTRA

JASA PEMBUATAN PTK KENAIKAN PANGKAT PNS/PERSIAPAN PLPG/UKG
Ggak Punya waktu mengerjakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)??? Di sini nih... Solusinya.. 
Ciuuussss... ambil Hp, segera hubungi CS kami, pertanyaan-pertanyaan anda seputar PTK akan terjawab dengan lengkap...haha..kaya buku aja lengkap.
Buruan...
MAU KONSULTASI PTK?
BUTUH PROPOSAL PTK?
BUTUH GAMBARAN JUDUL PTK??
BUTUH PTK LENGKAP, NO COPY-COPY, ASLI DAN ORISINIL
PTK TERBARU DAN BELUM PERNAH TERPUBLIKASIKAN
PTK NYA SEKALIAN DIJADIKAN JOURNAL JUGA BOLEH PAK/BU....
LANGSUNG SAJA HUBUNGI CS KAMI DI :


PENDAHULUAN

Setiap guru menginginkan proses pembelajaran yang dilaksanakannya meyenangkan dan berpusat pada siswa. Siswa antusias mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan atau memberikan pendapat, bersorak merayakan keberhasilan mereka, bertukar informasi dan saling memberikan semangat.  Dan tujuan akhir dari semua proses itu adalah  penguasaan konsep dan hasil belajar yang memuaskan.
Sikap kurang bergairah, kurang aktif, kelas kurang berpusat pada siswa, dan kadang-kadang ada yang bermain-main sendiri di dalam kelas, merupakan masalah yang dihadapi SMP Negeri 1 Danau Panggang, khususnya untuk mata pelajaran Biologi pada siswa kelas 1. Dampak buruknya adalah penguasaan konsep dan ketuntasan belajar mereka  £ 65% . Kondisi yang seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan dalam proses belajar mengajar.
Sebenarnya guru telah berusaha menciptakan pembelajaran agar siswa lebih aktif, diantaranya: pengamatan objek langsung, diskusi kelompok mengerjakan LKS , menggunakan media yang ada di sekolah, dan mengunakan metode tanya-jawab. Namun hasilnya belum dapat meningkatkan gairah dan aktivitas secara maksimal
Jika kondisi yang seperti ini tidak dicarikan alternatif pemecahan masalahnya, maka guru tetap sebagai sumber informasi satu-satunya dikelas, tidak ada tukar informasi, penguasaan konsep dan hasil belajar biologi siswa tetap  rendah, dan pembelajaran biologi jadi membosankan.
Menurut Nasution (2000: 94) Pelajaran akan lebih menarik dan berhasil, apabila dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman di mana anak dapat melihat, meraba, mengucap, berbuat, mencoba, berfikir, dan sebagainya. Pelajaran tidak hanya bersifat intelektual, melainkan juga bersifat emosional. Kegembiraan belajar dapat mempertinggi hasil pelajaran.
Nur (1996: 25) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep IPA yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kerjasama, berfikir kritis, kemauan membantu teman dan sebagainya. Pada prinsipnya model pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan tingkah laku kooperatif antar siswa sekaligus membantu siswa dalam pelajaran akademisnya. Ada banyak variasi pendekatan dalam model pembelajaran kooperatif.  Setiap pendekatan memberi penekanan pada tujuan tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Numbered head together adalah pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran kooperatif dengan pendekatan ini menurut Ibrahim, dkk (2000: 28) ada 4 langkah yaitu: penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab.
Pada hakikatnya belajar adalah wujud aktivitas pada saat terjadinya pembelajaran di kelas. Aktivitas yang dimaksud  adalah aktivitas fisik dan mental siswa. Piaget (dalam Nasution: 2000) berpendapat bahwa, seorang anak berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat,  anak tak berfikir. Agar anak berfikir, ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri.
Pembelajaran yang mengembangkan diskusi dan kerja kelompok memberikan aktivitas lebih banyak pada siswa. Pernyataan ini didukung pendapat Nasution (2000 : 92), bahwa metode diskusi, sosiodrama, kerja kelompok, pekerjaan diperpustakaan dan laboratorium banyak membangkitkan aktivitas pada anak-anak.
Pengintegrasian kuis seperti acara-acara di TV atau radio ke dalam proses pembelajaran bukan hal yang tidak mungkin merupakan strategi yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa. DePorter (2005) mengatakan bahwa kegembiraan membuat siswa siap belajar lebih mudah dan dapat mengubah sikap negatif.
Berdasarkan pendapat tersebut, untuk mengatasi masalah di atas maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan mengintegrasikan kuis ke dalam proses pembelajaran, dengan harapan pembelajaran biologi jadi menyenangkan, siswa lebih aktif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan aktivitas siswa, mengetahui hasil belajar siswa  mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran biologi yang mengintegrasikan kuis dengan model pembelajaran kooperatif  numbered-head-together.
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini bagi guru, sedikit demi sedikit dapat meningkatkan kompetensinya dalam merancang model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan tidak membosankan. Bagi siswa, lama-kelamaan akan terbiasa terlibat aktif dalam pembelajaran dan tertarik dengan mata pelajaran biologi khususnya dan mata pelajaran lain umumnya. Jika penelitian ini berhasil, sekolah memiliki referensi contoh penelitian yang mungkin dapat dijadikan acuan bagi guru mata pelajaran lain yang menghadapi masalah yang sama.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas 1 SMP Negeri1 Danau Panggang tahun pelajaran 2006/2007, yang berjumlah 23 orang. Rancangan penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian terdiri dari 2 siklus. Siklus I  dilaksanakan pada tanggal 6 sampai  13 September 2006 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 20 samapai 22 September 2006. Setiap siklusnya  melalui tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Teknik-teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan pengamatan, pemberian tes, dan penyebaran angket. Keterlaksanaan RP dianalisis dengan menghitung jumlah butir-butir yang terlaksana dibagi jumlah butir seluruhnya kali 100%.  dan memperhatikan butir-butir yang lemah, butir-butir yang kuat serta saran dan komentar pengamat.  Sedang aktivitas siswa  dianalisis dengan melihat jumlah indikator-indikator yang terpenuhi dari butir-butir aktivitas siswa. Kemudian dideskripsikan berdasarkan kriteria kurang, sedang, baik, dan baik sekali. Untuk menghitung ketuntasan hasil belajar siswa  dengan cara menghitung jumlah jawaban benar dibagi jumlah soal kali seratus persen.Data yang diperoleh dari pengisian angket yang disebarkan setelah kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan, dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase. Respon siswa dikatakan positif jika jumlah persentase kategori sangat setuju dan setuju lebih dari jumlah persentase kategori sangat tidak setuju, tidak setuju dan tidak menjawab.