MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA SMP MENULIS PUISI MELALUI MODEL KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
JASA PEMBUATAN PTK KENAIKAN PANGKAT PNS/PERSIAPAN PLPG/UKG
Ggak Punya waktu mengerjakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)??? Di sini nih... Solusinya..
Ciuuussss... ambil Hp, segera hubungi CS kami, pertanyaan-pertanyaan anda seputar PTK akan terjawab dengan lengkap...haha..kaya buku aja lengkap.
Buruan...
MAU KONSULTASI PTK?
BUTUH PROPOSAL PTK?
BUTUH GAMBARAN JUDUL PTK??
BUTUH PTK LENGKAP, NO COPY-COPY, ASLI DAN ORISINIL
PTK TERBARU DAN BELUM PERNAH TERPUBLIKASIKAN
PTK NYA SEKALIAN DIJADIKAN JOURNAL JUGA BOLEH PAK/BU....
LANGSUNG SAJA HUBUNGI CS KAMI DI :
A. Latar Belakang
Pelajaran bahasa indonesia tidak hanya mempelajari bahasa saja tetapi juga mempelajari tentang sastra. Pengajaran sastra direncanakan untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Pengalaman sastra itu terwujud dari apa yang diketahui dan dirasakan oleh siswa yang berupa sensasi, emosi, dan gagasan-gagasan. Saat pengajaran berlangsung siswa harus diikutsertakan dalam merangsang otak untuk siswa menjadi lebih aktif dan kreatif, sehingga siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.
Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup dua jenis, yaitu aspek kebahasaan dan kesastraan. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling menunjang satu sama lain. Pengajaran sastra di sekolah perlu ditingkatkan lagi demi mencapai mutu pembelajaran sastra secara maksimal. Dalam pembelajaran sastra kegiatan akan terwujud secara konkret melalui kegiatan membaca serta memahami puisi, novel, cerita pendek, roman, maupun teks drama. Kegiatan memahami sebuah karya sastra harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sehingga dapat melatih dan mengembangkan kepekaan pikiran. Sedangkan pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi baik itu secara lisan maupun tertulis serta dapat menumbuhkan apresiasi terhadap sebuah karya sastra Indonesia.
Kegiatan bersastra juga mengasah kemampuan siswa untuk memahami pikiran, gagasan, perasaan, dan pendapat yang disampaikan oleh orang lain melalui bahasa. Salah satu tujuan pengajaran kesusastraan ialah menanamkan apresisasi seni pada anak didik. Dengan mengapresiasi sastra, siswa dapat langsung menikmati sebuah karya sastra, dari teori-teori tentang sastra sampai penerapan teori tersebut untuk memahami sebuah karya sastra.
Dalam pembelajaran menulis puisi peran guru sebagai fasilitator sangat penting, guru hendaknya mampu mengajarkan pengetahuan tentang sastra terutama puisi secara mendetail kepada siswa sebagai salah satu dasar mereka dalam kegiatan menulis puisi. Pembelajaran menulis puisi juga akan dapat mengembangan kemampuan siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU mengunakan Model kontekstual (contektual teanching and learning). Dengan pengembangan Model kontekstual (contektual teanching and learning) secara optimal diharapkan siswa akan lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pelajaran bahasa indonesia khususnya pada pelajaran menulis puisi, serta meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dalam pengertian mencari, menemukan, dan memcahkan permasalahan dalam pembelajaran. Dengan aktif dan kreatifnya biak dalam mencari sumber-sumber maupun dalam diskusi sebagai upaya pemecahan masalah, siswa benar-benar akan memahami materi pembelajaran. Dengan dikuasainya materi pembelajaran, maka memungkinkan mereka akan mendapatkan nilai yang optimal dan pada gilirannya indeks presentasinya akan meningkat.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah model kontekstual(contektual teanching and learning) dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU dalam menulis puisi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini mendeskripsikan upaya meningkatkan kemampuan siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU dalam menulis puisi melalui penerapan model kontekstual (contektual teanching and learning). Terlaksana secara maksimal apabila ada kerjasama yang baik antara guru dan siswa.
Kendala-kendala yang terkadang sering muncul sehingga mempengaruhi kurang maksimalnya penulisan puisi tersebut antara lain berasal dari siswa itu sendiri. Kendala tersebut diantaranya adalah siswa kesulitan dalam menentukan pilihan kata yang tepat untuk membuat gagasan pokok berdasarkan pengalaman siswa dan menggunakannya dengan tepat dalam penulisan puisi. Kendala-kendala tersebut mengakibatkan nilai menulis puisi siswa menjadi rendah, sehingga diperlukan perubahan dalam proses metode pembelajaran. Perubahan tersebut salah satunya dengan menggunakan model kontekstual (contektual teanching and learning) sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dalam menulis puisi.
Model kontekstual (contektual teanching and learning) adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna atau suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.
Dalam rangka optimalisasi pembelajaran bahasa indonesia khususnya untuk mata pelajaran menulis puisi, maka dirasakan perlu untuk mengadakan penelitian tindakan kelas mengenai “upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi”
D. Mamfaat Penelitian
1. Mamfaat teoritis
a. Diperolehnya pengetahuan baru tentang pembelajaran menulis puisi melalui penerapan Model pembelajaran kontekstual (contektual teanching and learning) bagi siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU.
b. Diperoleh dasar penelitian berikutnya.
c. Terjadinya pergeseran dari paradigma mengajar menuju paradigma belajar yang mengutamakan proses untuk mencapai hasil belajar.
2. Mamfaat praktis
a. Bagi siswa
Meningkatnya kemampuan menulis puisi melalui pengembangan kreativitas dan keaktifan dalam proses pembelajaran.
d. Bagi guru
Diperolehnya strategi pembelajaran yang tepat dan bervariasi dalam pembelajaran bahasa indonesia (menulis puisi) bagi siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU.
e. Bagi sekolah
Diperolehnya masukan bagi sekolah dalam usaha perbaikan proses pembelajaran sehinggs berdampak pada peningkatan mutu sekolah.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010: 110).
Menurut Sugiyono (2013: 96) yang menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Menurut Mahsun (2012: 72) menggemukakan bahwa hipotesis merupakan jawaban tentatif terhadap masalah yang hendak dipecahkan melalui penelitian, yang dirumuskan atas dasar pengetahuan yang ada dan logika yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang hendak dilakukan.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa jawaban permasalahan penelitian dapat terbukti dan dapat pula tidak terbukti. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ha :penggunaan model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU tahun ajaran 2012/2013
Ho :penggunaan model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) tidak dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU tahun ajaran 2012/2013
F. Kriteria Pengujian Hipotesis
kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU tahun ajaran 2012/2013. Jika, koefisien dihitung lebih besar dari pada koefisien tabel maka hipotesis nihil ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Jika t hitung ˃ t tabel berarti Ha diterima dan Ho ditolak.
2. Model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) tidak dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU tahun ajaran 2012/2013. Jika, koefisien dihitung lebih besar dari pada koefisien tabel maka hipotesis nihil ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Jika t hitung ˂ t tabel berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
G. Kajian Pustaka
1. Kajian Literatur
a. Pengertian Menulis
Menurut Tarigan (2008: 3) “Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain dan menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif”.
Semi (2007: 14) mengemukakan bahwa menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan kedalam lambang-lambang tulisan.
Dalman (2014: 3) “menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat bantu medianya.
Nurjamal, dkk (2011: 69) menyatakan bahwa menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan menulis pada hakikatnya adalah suatu proses keterampilan penyampaian pesan yang merupakan hasil pikiran atau perasaan dengan menggunakan tulisan sebagai medianya dan pengertian menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif, dan menulis menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
b. Tujuan dan Fungsi Menulis
Semi (2007: 14) tujuan menulis adalah pemikiran gagasan atau ide yang hendak disampaikan dan dituangkan kedalam karya tulis.
Nurjamal, dkk (2011: 72) fungsi menulis sebagai berikut: (1) mengimpormasikan sesuatu kepada pembaca, (2) menyakinkan pembaca, (3) mengajak pembaca, (4) menghibur pembaca, (5) melarang atau memerintah pembacs, (6) mendukung pendapat orang lain, dan (7) menolak atau menyanggah pendapat orang lain.
Hal ini mengandung pengertian bahwa dengan tulisan dapat membantu menjelaskan pikiran-pikiran kita melalui sebuah tulisan tanpa saling bertatap muka. Dalam dunia pendidikan menulis mempunyai fungsi sebagai alat bantu dalam berpikir bagi para pelajar. Selain itu, menulis dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Tulisan dapat membantu kita memperjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam hanya dalam proses menulis yang faktual.
c. Pengertian Puisi
Kata puisi berasal dari bahasa yunani potesis yang berarti penciptaan. Tetapi arti yang semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi “hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat yang tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata kiasan” (Ensiklopedia Indonesia N-Z dikutip oleh Tarigan, 1984: 4).
Ralph Waldo Emerson (dikutip oleh Tarigan, 1984: 4) mendefinisikan “puisi merupakan upaya abadi untuk mengekspresikan jiwa sesuatu, untuk menggerakkan tubuh yang kasar dan mencari kehiduapan dan alasan yang menyebabkannya ada karena bukannya irama melainkan argumen yang membuat iramalah (yaitu ide atau gagasan) yang menjelmahkan puisi.
Menurut Aminuddin (2010: 134), “Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.
Kleden (dalam Mawadah, (2010: 8) mengatakan bahwa puisi adalah keindahan dan dan suasana tertentu yang terkandung dalam kata-kata.
Wordsworth (Dalam Pradopo, 2009: 6) menyatakan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan.
Hudson (Dalam Sulistyo, 2009: 70) mengungkapkan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian uantuk membuahkan ilusi dan imajinasi. Apabila kita membaca suatu puisi dengan penghayatan yang baik maka kita akan terbawa dalam suatu angan-angan, sejalan keindahan penataan unsur bunyi, penciptaan gagasan, maupun suasana tertentu sewaktu membaca puisi.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang bahasanya disusun dengan pemilihan kata yang tepat yang merupakan ekspresi dari pengalaman penyair yang bersifat imajinatif sehingga dapat menimbulkan rasa kepuasan dan keindahan tersendiri.
d. Langkah-langkah menulis puisi
Membuat puisi sepertinya mudah saja, namun pada nyatanya banyak yang harus di perhatikan agar puisi itu sendiri menarik saat di baca dan mudah dipahami pembaca. Berikut adalah langkah-langkah membuat puisi:
1. Tentukan Tema dan Judul.
2. Menentukan Kata Kunci
3. Menggunakan Gaya Bahasa
4. Kembangkan Puisi Seindah Mungkin.
e. Unsur-Unsur Pembentukan Puisi
Unsur-unsur pembentukan puisi menurut Sulistyo (2009: 77—78) antara lain:
1. Diksi
Diksi adalah pilihan atau pemilihan kata yang biasanya diusahakan oleh penyair dengan secermat mungkin.
2. Pengimajian
Pengimajian adalah kemampuan kata-kata yang dipakai pengarang dalam mengantarkan pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan apa yang dirasakan oleh penyair.
3. Kata Kongkret
Untuk membangkitkan imaji, maka kata-kata yang harus diperkonkretkan. maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada kata-kata yang menyeluruh.
4. Bahasa Figuratif (majas)
Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang.
5. Verifikasi
Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah pengulangan bunyi dalm puisi untuk membentuk suatu musikalitas. Sedangkan ritma adalah irama yang disebabkan pertentangan atau pergantian bunyi, tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah, yang mengeluh secara teratur sehingga membentuk keindahan.
6. Tata Wajah
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraph namun membentuk bait.
f. Struktur batin puisi
Struktur fisik puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna yang hendak disampaikan puisi. I. A. Richards (dalam Sulistyo 2009: 76—77) menyebutkan makna atau struktur batin dengan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni:
a. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran tersebut menguasai jiwa penyair sehingga menjadi landasan utama pengucapannya.
b. Perasaan penyair (feeling)
Perasaan penyair (feeling) merupakan faktor yang mempengaruhi dalam penciptaan puisi.
c. Nada dan suasana
Nada puisi merupakan sikap penyair kepada pembaca. Sedangkan suasana dalam puisi adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling berhubungan karena nada menimbulkan puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya.
d. Amanah (pesan)
Amanah merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptkan puisi. Amanah tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan. Amanah yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanah yang diberikan penyair.
g. Gaya Bahasa Dalam Puisi
Mawadah (2010: 12) bahasa figuratif dalam puisi diantaranya adalah gaya bahasa atau majas. Gaya bahasa dalam puisi antara lain sebagai berikut:
1. Metafora
Metafora adalah majas yang membandingkan (tanpa tanda pembandingan) sesuatu hal dengan hal lainnya yang pada dasarnya tidak serupa.
2. Simile
Simile adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan, namun secara sengaja dianggap sama.
3. Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.
4. Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud berolok-olok. Ironi mengimplikasikan sesuatu yang nyata berbeda, bahkan ada kalanya bertentangan dengan yang sebenarnya dikatakan itu.
5. Metonimia
Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal sebagai penggantinya.
6. Sinekdok
Sinekdok adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya (parsprototo) atau nama keseluruhan sebagai pengganti nama bagian (totun proparte).
7. Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang dilebih-lebihkan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat sehingga dapat meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
h. Konsep Dasar Model Pembelajaran
Menurut Joyce & Weil (dalam Rusman, 2013: 132) mengemukakan bahwa model pembelajaran suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain.
Menurut Rusman (2013: 133) ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran, yaitu: (1) pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai; (2) pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran; (3) pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa; (4) pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.
Menurut Morris (dalam Rusman, 2013: 135) mengklafikasikan empat pola pembelajaran, yaitu sebagai berikut: (1) pola pembelajaran guru; (2) pola pembelajaran guru dengan media; (3) pola pembelajaran guru dan media; (4) pola pembelajaran bermedia.
Menurut Rusman (2013: 136) model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu; (2) mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu; (3) dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas; (4) memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (a) urutan langkah-langkah pembelajaran; (b) adanya prinsip-prinsip reaksi; (c) sistem sosial; (d) sistem pendukung; (5) memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajar; (6) membuat persiapan mengajar dengan pedoaman model pembelajaran yang dipilihnya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan model pembelajaran adalah pola yang membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain.
i. Konsep Dasar Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching & Learning)
model pembelajaran kontekstual (contextual teaching & learning)dikembangkan oleh Nurhadi (dalam Rusman, 2013: 189) konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapnya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Model pembelajaran kontekstual (contextual teaching & learning) banyak menumbuhkan aktivitas siswa baik secara individu maupun kelompok. Model pembelajaran kontekstual (contextual teaching & learning) bukan sekedar metode mengajar melainkian metode berpikir karena metode ini bisa dipadukan dengan model lain seperti model constructivism, inquiry, questioning, learning community, modelling, reflection, authentic assessment.
1) Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching & Learning)
Elaine B. Jonhson (dalam Rusman, 2013: 187) mengatakan pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna atau suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.
Rusman (2013: 187) suatu keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehiduapn nyata. Untuk mengaitkannya bisa dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media, dan lain sebagainya, yang memang baik secara langsung maupun tidak upayakan terkait atau ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata.
2) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kontekstual (Teaching & Learniang)
Menurut Rusman (2013: 192) langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan melaksanakan model pembelajaran kontekstual (teaching & learniang), yaitu sebagai berikut:
a) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukakan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimilikinya.
b) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
c) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
d) Menciptakan masyarakat belajar.
e) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f) Membiasakan anak untuk melakaukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
g) Melakukan penilaian secara objektif.
3) Tujuan Model Pembelajaran Kontekstual (Teaching & Learniang)
Menurut Rusman (2013: 200), tujuan untuk mencapai pembelajaran kontekstual (teaching & learniang), yaitu sebagai berikut:
a) Nyatakan kegiatan utama pembelajaran
b) Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarannya.
c) Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.
d) Rumuskan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam melakukan proses pembelajarannya.
e) Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh siswa baik pada saat berlangsung (proses) maupun setelah siswa tersebut selasai belajar.
4) Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Kontekstual (Teaching & Learniang)
Adapun kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran kontekstual (teaching & learning) yaitu sebagai berikut:
a) Keunggulan model pembelajaran kontekstual adalah
(1) Real world learning.
(2) Mengutamakan pengalaman nyata.
(3) Berpikir tingkat tinggi.
(4) Berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis dan kreatif.
(5) Pengetahuan bermakna dalam kehidupan.
(6) Dekat dengan kehidupan nyata.
(7) Kegiatan lebih kepada pendidikan bukan pengajaran.
(8) Memecahkan masalah.
(9) Siswa aktif, guru mengarahkan.
b) Kelemahan model pembelajaran kontekstual adalah
(1) Guru harus mempunyai kemampuan untuk memahami secara mendalam dan komprehensif tentang konsep pembelajaran, potensi perbedaan individu di dalam kelas dan juga sarana dan kelengkapan pembelajaran yang menunjang aktivitas siswa dalam belajar.
(2) Siswa harus mempunyai inisiatif dan kreatif dalam belajar.
(3) Siswa harus memiliki wawasan dalam pengetahuan yang memadai dari setiap mata pelajaran.
(4) Siswa yang kurang aktif akan tertinggal karena setiap siswa diharuskan memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas.
2. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang kemampuan siswa menulis puisi pernah dilakukan oleh Adriyanti, mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Baturaja tahun 2013, dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas V SD Negeri 42 OKU Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten OKU dengan “Metode Problem solving”.
Persamaan dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Adriyanti tersebut adalah sama-sama mengkaji tentang upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi. Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian terdahulu adalah mengkaji tentang menulis puisi dengan metode problem silving. Sedangkan penelitian ini mengkaji tentang menulis puisi melalui Model Pembelajaran Kontekstual (Teaching & Learniang). Selain itu, pada penelitian terdahulu sampelnya adalah siswa kelas V SD Negeri 42 OKU, sedangkan penelitian ini sampelnya siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU.
H. Metodologi Penelitian
1. Definisi Operasional Istilah
Meningkatkan adalah menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya); kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam melakukan sesuatu; siswa adalah peserta didik yang melakukan tugas belajar pada jenjang tertentu; puisi adalah mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam bentuk tulisan yang tersusun secara berirama; model pembelajaran kontekstual (contextual teaching & learning) konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapnya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Model pembelajaran kontekstual (contextual teaching & learning) banyak menumbuhkan aktivitas siswa baik secara individu maupun kelompok.
Jadi, definisi operasional istilah penelitian ini adalah usaha menaikkan kesanggupan siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU dalam mengeksperesikan pemikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi panca indera dalam bentuk tulisan yang tersusun secara berirama melalui penerapan model pembelajaran kontekstual.
2. Metode Penelitian
Mahsun (2012: 72) mengemukakan bahwa metode penelitian merupakan cara penelitian yang dilakukan yang didalamnya mencakup bahan atau alat atau materi penelitian, alat, jalan penelitian, variabel dan data yang hendak disediakan dan analisis data.
Metode penelitian adalah kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dalam penelitiannya (Arikunto, 2010: 192). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yaitu jenis penelitian PTK yang dilaksanakan pada tingkat kelas dan menyangkut tentang model pengajaran dengan mengunakan Model pembelajaran kontekstual (contextual teaching & learning) dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 10 OKU tahun ajaran 2012/2013.
Penelitian tindakan kelas ini bermaksud untuk memecahkan permasalahan dengan ruang lingkup yang berkaitan dengan hal-hal yang dihadapi oleh guru sendiri dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Maka berkaitan dengan penelitian ini perubahan diarahkan pada strategi pembelajaran yang peneliti lakukan sendiri pada kegiatan pembelajaran dikelas.
Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara strategi pembelajaran yang peneliti lakukan sendiri pada kegiatan pembelajaran dikelas. Dalam Arikunto (2010: 132) memnjelaskan bahwa dasar utama dialaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan. Sedangkan dalam Kunandar (2013: 47) mengemukakan PTK adalah suatu penelitian yang berbasis kepada kelas. Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternative dalam memecahkan masalah berbagai persoalan pembelajaran yang dihadapi guru atau tidak.
Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam empat tahap, Arikunto (2010: 139) menguraikan sebagai berikut:
Tahap 1
|
:
|
Menyusun rancangan tindakan (planning): dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
|
Tahap 2
|
:
|
Pelaksanaan tindakan (acting): tahap ke-2 dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas.
|
Tahap 3
|
:
|
Pengamatan (observing): tahap ke-3 yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
|
Tahap 4
|
:
|
Refleksi (reflecting): tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dialakukan.
|
Jadi berdasarkan kutipan diatas maka seorang guru yang akan melaksanakan penelitian tindakan kelas harus menyusun perencanaan yang kita ajarkan yaitu berupa RPP setelah itu melaksanakan pembelajaran lalu mengobservasi pekerjaan siswa dan melaksanakan, refleksi apakah pelajaran yang kita berikan dapat diterima oleh siswa atau tidak.
3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat penelitian ini berlokasi SMP Negeri 13 OKU. Penelitian ini dilaksanakan dikelas IX SMP Negeri 13 OKU tahun ajaran 2012/2013.
Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan: upaya meningkatkan kemampuan siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU dalam menulis puisi masih rendah, merupakan tempat diteliti, belum pernah menjadi tempat penelitian tindakan kelas.
Waktu penelitian dilakukan selama 6 bulan yaitu bulan januari sanpai dengan bulan juni 2013. Materi yang diambil berdasarkan materi silabus dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU.
4. Siklus penelitian
Menurut Kurt Lewis (dalam Arikunto, 2010: 131) konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu:
a. Perencanaan atau planning
b. Tindakan atau acting
c. Pengamatan atau observing
d. Refleksi atau reflecting
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya kemampuan menulis puisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU tahun pelajaran 2012/2013 dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Sesuai dengan pokok permasalahan yang dirumuskan dalam judul penelitian, maka data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mengenai penerapan model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning)yang dilakukan oleh guru dengan penanaman konsep melalui belajar merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Data dikumpulkan dengan pengamatan pada saat guru melaksanakan tugas mengajar dengan mengunakan model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning). Dengan berpedoman pada refleksi awal, maka prosedur pelaksanaan penelitian melalui tahapan siklus, yang setiap siklus berisi empat langkah yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap obsevasi dan tahap refleksi.
Adapun tahapan pada siklus I adalah sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan tindakan (planning)
Pada tahap ini guru:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran bahasa indonesia dengan KD: menentukan gagasan pokok berdasarkan pengalaman.
2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan
3) Membuat lembar observasi
4) Menyiapkan soal tes dan lembar penilaian
b. Tahap pelaksanaan tindakan (acting)
Pada tahap ini guru:
1) Guru menerapkan pembelajaran bahasa indonesia menggunakan model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) dikelas IX SMP Negeri 13 OKU.
2) Siswa secara individu belajar menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat dengan mengunakan model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning)
c. Tahap pengamatan (observing)
Pada tahap ini untuk guru
1) Memonitor kegiatan siswa secara individu
2) Membantu siswa jika menemui kesulitan
3) Memberikan penilaian proses terhadap kegiatan siswa.
d. Tahap refleksi (reflecting)
Pada tahap ini guru:
1) Membahas dan mengevaluasi hasil pembelajaran dari kegiatan
2) Sebagai dasar perlu atau tidak melaksanakan siklus kedua. Jika pada siklus I belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU maka perlu dilanjutkan dengan siklus II.
Adapun tahapan siklus II adalah sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan tindakan (planning)
Pada tahap ini guru
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran bahasa indonesia dengan KD: menulis puisi berdasarkan ungkapan perasaan dari pengalaman siswa.
2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan
3) Membuat lembar obsevasi
4) Menyiapkan soal tes dan lembar penilaian
b. Tahap pelaksanaan tindakan (acting)
Pada tahap ini guru
1) Guru menerapkan pembelajaran bahasa indonesia menggunakan model kontekstual (contextual teaching and learning)
2) siswa secara individu belajar menulis puisi berdasarkan ungkapan perasaan dari pengalaman siswa
c. tahap pengamatan
pada tahap ini guru
1) memonitor dan membantu siswa jika menemui kesulitan
2) membantu siswa jika menemui kesulitan
3) memberikan penilaian proses terhadap kegiatan siswa
d. tahap refleksi (reflecting)
pada tahap ini guru
1) membahas dan mengevaluasi hasil pembelajaran dari kegiatan 1,2,3
2) membuat kesimpulan perlu atau tidak melaksanakan siklus ke-III. Jika Pada siklus II belum menunjujjan adanya peningkatan menulis puisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU maka perlu dilanjutkan dengan siklus III.
Adapun tahapan pada siklus III adalah sebagai berikut:
a. tahapan perencanaan tindakan (planning)
pada tahap ini guru:
1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran bahasa indonesia dengan KD: menulis puisi berdasarkan gagasan pokok dengan menggunakan pilihan yang tepat.;
2) menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan
3) membuat lembar observasi
4) menyiapkan soal tes dan lembar penilaian
b. tahap pelaksanaan tindakan (acting)
pada tahap ini guru:
1) guru menerapkan pembelajaran bahasa indonesia model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning)
2) siswa secara individu belajar menulis puisi dengan memilih kata yang tepat dalam menentukan gagasan pokok berdasarkan pengalaman siswa.
c. Tahap pengamatan
Pada tahap ini guru:
1) Memonitor dan membantu siswa jika menemui kesulitan
2) Memberi penilaian proses terhadap kegiatan siswa.
d. Tahap refleksi (reflecting)
Pada tahap ini guru:
1) Membahas dan mengevaluasi hasil pembelajaran dari kegiatan 1,2,3
2) Membuat kesimpulan perlu apa tidak melaksanakan siklus selanjutnya. Jika pada siklus III belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU meningkat.
a. Orientasi Perencanaan
Orientasi dilakukan pada awal pertemuan untuk melihat kemungkinan penyebab terjadinya permasalahan yang selama ini terjadi. Orientasi dilakukan untuk menghimpun informasi-informasi factual yang dipandang sebagai permasalahan dalam menulis puisi. Hasil orientasi dijadikan bahan dasar dalam membuat perencanaan disusun berdasarkan hasil orientasi yang dilaksanakan, dan dipilih atas dasar pertimbangan kemungkinan untuk dilaksanakan secara efektif.
Beberapa persiapan yang dilakukan setiap siklus antara lain.
1) Guru mempelajari silabus dan mengembangkan silabus menjadi satuan kegiatan mingguan dan selanjutnya membuat satuan kegitan harian/RPP.
2) Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Pada tahap ini, penelitian melibatkan teman sejawat untuk mengamati pelaksanaan tindakan.
3) Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang membuat komponen dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, sumber belajar, penilaian dan evaluasi.
4) Peneliti menganalisis hasil belajar anak
5) Hasil penelitian dibandingkan dengan hasil tes awal untuk mengetahui upaya meningkatkan menulis puisi melalui penerapan model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) pada siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU tahun pelajaran 2012/2013. Langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan teman sejawat jika upaya guru dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan, belum memberiakn hasil yang signifikan, teman sejawat memberikan masukan dan bersama-sama dengan peneliti melakukan langkah-langkah perbaikan untuk melaksanakan siklus berikutnya.
6) Peneliti melaksanakan tindakan pada siklus sesuai dengan rencana tindakan yang telah tersusun.
b. Tindakan
Berdasarkan rencana yang telah disusun, maka tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah:
1) Tahap persiapan tindakan
Pada tahap persiapan tindakan penelitian yang sekaligus sebagai guru menyiapkan silabus, RPP, sumber belajar, dan media gambar yang digunakan untuk mendukung efektivitas pelaksanaan tindakan.
2) Pelaksanaan tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang tersusun dalam RPP.
3) Pengamatan tindakan
Ketika peneliti melaksanakan tindakan teman sejawat dalam lembar obsevasi diantaranya:
a) Respon anak
b) Perubahan yang terjadi selama terjadi proses pembelajaran
c) Upaya guru dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning), baik dalam tindakan awal, tindakan inti maupun tindakan akhir dan kesesuaian antara rencana dan implementasi tindakan.
c. Observasi (pengamatan)
Observasi dilakukan teman sejawat untuk mengobservasi pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti dan perilaku anak selama kegiatan berlangsung serta perubahan perkembangan anak. Pengamatan dilakukan pleh penulis sendiri sebagai observatory dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer.
d. Refleksi
Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik tabulasi data secara kuantitatif, berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan Setiap siklus. Hasil tindakan setiap siklus dibandingkan untuk mengetahui upaya guru dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa melalui model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning).
5. Teknik penelitian
a. Teknik pengumpulan data
Teknik dilakukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah observasi langsung yang berkaitan dengan hasil aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, serta pemberian tes kemampuan untuk melihat peningkatan keterampilan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning). Data kuantitatif diambil dari hasil tes kemampuan secara praktik, yaitu tes siklus I, II dan III melalui daftar penilaian kognitif siswa selama PTK berlangsung.
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 2010: 193).
Sudijono (2011: 67) menyatakan tes merupakan cara (yang dapat digunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) sehingga dapat dihasilkan nilai yang melmbangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-niai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
Tes yang akan diberikan kepada siswa adalah tes menulis puisi. Tes menulis puisi dilaksanakan untuk melihat kemampuan siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU tahun pelajaran 2012/2013 dalam menulis puisi. Data kuantitatif diambil dari hasil tes akhir pelajaran yaitu tes siklus I, II dan III.
b. Teknik penganalisisan data
Pengamatan (observasi) merupakan cara untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati objek secara dan terencana (Nurgiantoro, 2010: 93).
Berdasarkan data yang diperoleh melalui hasil tes belajar dan pengamatan pada waktu proses pembelajaran berlangsung, maka dilakukan analisis sebagai berikut.
Data observasi berupa data pengamatan langsung terhadap objek penelitian, yaitu siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU tahun pelajaran 2012/2013. Data observasi ini dianalisis dengan cara mendeskripsikan temuan-temuan yang ada dilapangan yang berkaitan dengan proses pembelajaran dalam menulis puisi dengan model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning).
Untuk memperoleh data tes menulis puisi, cara menilainya dengan menggunakan model penilaian menulis dengan pembobotan masing-masing unsur sebagai berikut.
Tabel 3.
Rublik Penilaian Menulis Puisi
No
|
aspek yang dinilai
|
tingkat capaian kinerja
| ||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
| ||
1
|
kebaruan tema dan kandungan makna
| |||||
2
|
kekuatan imajinasi
| |||||
3
|
kebaruan dan kekuatan tokoh
| |||||
4
|
kebaruan dan kekuatan alur
| |||||
5
|
Kesatupaduan
| |||||
6
|
kelancaran dan bercerita
| |||||
7
|
keefktifitas stile
| |||||
8
|
respon afektif guru
| |||||
jumlah skor
|
Sumber: nurgiyantoro (2010: 488)
Untuk menentukan mampu atau tidaknya siswa dalam menulis puisi, penulis menggunakan perhitungan persentase (sudijono, 2011: 35) kriteria penilaian dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Kriteria Penilaian
Nilai Angka
|
Nilai Huruf
|
Predikat
|
80- Keatas
70-79
65-69
50-64
49- ke bawah
|
A
B
C
D
E
|
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
|
(Sudijono, 2014: 35, yang telah dimodifikasi untuk kepentingan penelitian)
Untuk mengetahui perbedaan hasil pada siklus I dan II, yaitu dengan melakukan analisis sebagai berikut:
1) Menganalisis hasil tes menulis puisi siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU menulis puisi melalui model kontekstual (contextual teaching and learning)
2) Memberikan nilai kepada siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU menulis puisi melalui model kontekstual (contextual teaching and learning) dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

3) Dari semua yang dipaparkan kemudian dicari nilai rata-ratanya dengan menggunakan rumus Nurgiyantoro (2010: 291) sabagai berikut.
X = 

Keterangan:
x : nilai rata-rata
∑X : Jumlah dari skor-skor (nilai-nilai) yang ada
N : Number of cases (banyaknya skor-skor)
4) Menentukan persentase kemampuan siswa menulis puisi melalui belajar mengajar dengan metode quantum teaching menggunakan rumus Sudijono (2014: 43) sebagai berikut.
![]() |
Keterangan:
P : Angka persentase
f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
5) Menginterprestasikan hasil analisis
6) Membuat simpulan
I. Langkah- Langkah Penelitian
1. Langkah kerja
Langkah-langkah kerja yaqng penelitian gunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Melaksanakan studi kepustakaan
b. Membuat proposal skripsi
c. Mengurus surat izin penelitian
d. Menyusun instrumen penelitian
2. Tahap pengumpulan data
Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut.
a. Menyusun instrumen penelitian
b. Melaksanakan tes menulis puisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 13 OKU
3. Penganalisaan data
Tahap penganalisaan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Menganalisis data
b. Membahas hasil analisis
c. Menyimpulkan hasil analisis
4. Tahap menyusun naskah
Tahap menyusun naskah dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Menyusun dan mendeskripsikan naskah sementara
b. Melakukan konsultasi dengan pembimbing
c. Merevisi naskah
d. Menyusun kembali hasil revisi naskah
J. Jadwal kegiatan penelitian
No
|
kegiatan penelitian
|
Waktu
| |||||
Jan
|
feb
|
Mar
|
apr
|
mei
|
jun
| ||
1
|
tahap persiapan
|
ü
|
ü
| ||||
2
|
tahap pengumpulan data
|
ü
|
ü
| ||||
3
|
tahap penganalisisan data
|
ü
| |||||
4
|
tahap penyusun data
|
ü
|
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. PROSEDUR PENELITIAN: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Adriyanti. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas V SD NEGERI 42 OKU Dalam Menulis Puisi Melalui Metode Problem Solving. Skripsi tidak diterbitkan: Universitas Baturaja.
Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Arief Ardha.2013. Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual.Http://Ardhaphys.Blogspot.Com/2013/05/Model-Pembelajaran-Kontekstual.Html. Diakses 3 Juni 2015.
Dalman. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Daeng Nurjamal, dkk 201). Terampil Berbahasa. Bandung : ALFABETA, CV.
Kunandar. 2013. Penelitian Tindakan Kelas: Sebagai Pengembangan Profesi Guru.Jakarta : Rajawali Press.
Mawadah, A. H. (2010). Memahami Gaya Bahasa (Majas). Bogor : Quadra.
Mahsun. (2012). METODE PENELITIAN BAHASA : Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Nurgiyantoro, B. (2010). PENILAIAN PEMBELAJARAN BAHASA : Berbasis Komputer.Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Pradopo, R. D. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Rusman. 2013. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.
Semi, Atar. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.
Sulistyo, B. 2009. Apresiasi Karya Sastra (Prosa & Fiksi). Bandung : Yayasan Al Fatah.
Sudijono, Anas. 2014. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Tarigan, Hendri Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

.1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Tuty Haryati. 2013. Langkah-Langkah Membuat Puisi.http://amynaaby.blogspot.com/2013/06/langkah-langkah-membuat-puisi.html. diakses 25
juni 2015.