UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA
JASA PEMBUATAN PTK KENAIKAN PANGKAT PNS/PERSIAPAN PLPG/UKG
JUDUL-JUDUL PTK KLIK DISINI
Ggak Punya waktu mengerjakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)??? Di sini nih... Solusinya..
Ciuuussss... ambil Hp, segera hubungi CS kami, pertanyaan-pertanyaan anda seputar PTK akan terjawab dengan lengkap...haha..kaya buku aja lengkap.
Buruan...
MAU KONSULTASI PTK?
BUTUH PROPOSAL PTK?
BUTUH GAMBARAN JUDUL PTK??
BUTUH PTK LENGKAP, NO COPY-COPY, ASLI DAN ORISINIL
PTK TERBARU DAN BELUM PERNAH TERPUBLIKASIKAN
PTK NYA SEKALIAN DIJADIKAN JOURNAL JUGA BOLEH PAK/BU....
LANGSUNG SAJA HUBUNGI CS KAMI DI :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran
Guru merupakan salah satu faktor yang cukup bepengaruh langsung dalam peningkatan mutu tersebut. Guru merupakan jabatan yang dipilih berdasarkan prinsip-prinsip vokasional, dalam hal aspek psikologis menjadi faktor untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik ( Oemar Hamalik, 2002:24). Peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah serta mutu pelajaran IPA di sekolah dasar perlu perubahan pola fikir positif yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan kurikulum.
|
Pada masa lalu proses belajar mengajar untuk mata pelajaran IPA terfokus kepada guru dan kurang terfokus pada siswa. Akibatnya kegiatan belajar mengajar lebih ditekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran. Kata pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi dalam kemampuan, sikap, atau perubahan tingkah laku siswa yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman atau latihan. Perubahan kemampuan yang hanya sebentar dan kembali ke perilaku semula menunjukkan belum terjadi peristiwa pembelajaran, walaupun mungkin terjadi pengajaran. Tugas guru adalah membuat agar proses pembelajaran pada siswa berlangsung secara aktif, efektif, kreatif, menarik dan menyenangkan, dengan memperhatikan pendekatan sains, serta “ Learning to do, Learning to know, Learning to be and Learning to live together “ (Depdiknas 2003 : 43).
Melihat kondisi lapangan di kelas IV semester I pada SD Negeri Jambo Labu ,yakni melalui pengamatan langsung oleh penulis terlihat kurang terlibatnya siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini mengakibatkan hasil belajar yang rendah yaitu dengan nilai rata-rata hanya sebesar 57,69. Dari 26 siswa kelas IV hanya 7 orang (26,92 %) mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70,00.
Kondisi lain terlihat aktifitas belajar siswa cenderung rendah dan monoton, ditandai dengan siswa lebih senang diceramahi, siswa sedikit sekali yang mau bertanya, sedikit siswa yang mampu menjawab pertanyaan, dan contoh-contoh materi pelajaranyang diberikan guru masih kurang terkait dengan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari.
Kondisi pembelajaran IPA yang demikian akan menimbul dampak kurang menggembirakan terhadap hasil belajar siswa, dan lebih jauh lagi dapat menimbulkan kesan tidak baik terhadap pembelajaran IPA seperti pengetahuan IPA hanyalah bersifat teoretis semata.
Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian guna mengkaji peningkatan hasil belajar siswa dengan permainan gambar puzzle dalam pembelajaran IPA pada materi“ Fungsi Alat Tubuh Manusia Manusia” di kelas IV SD Negeri Jambo Labu
Suatu inovasi pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna untuk membantu peserta didik mencapai kompetensi melalui pengalaman belajar kontekstual dengan unsur bermain di dalamnya. Sengaja tindakan ini dipilih karena siswa sekolah dasar masih menyukai pembelajaran apabila ada unsur bermain di dalamnya (learning by doing and playing). Tetapi bermain dalam konteks ini bukan berarti belajar sambil bermain-main atau belajar hanya sebuah main-main belaka, melainkan bermain dengan kebermaknaan.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan permasalahnnya sebagi berikut: Apakah Melalui Permainan Puzzles Pictured GameDapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Terhadap Materi Fungsi Alat Tubuh ManusiaPada Siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Jambo Labu
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
a. Untuk mendapatkan gambaran proses belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Alam yang terjadi di kelas IV SD Negeri Jambo Labu
b. Untuk mengetahui metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Jambo Labu .
c. Untuk mendapatkan gambaran aktifitas belajar siswa pada pembelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri Jambo Labu dengan menggunakan permainan puzzle
2. Tujuan Khusus
a. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA yang lebih kondusif dan efektif.
b. Untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam belajar IPA.
c. Mengembangkan model dan media pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.
d. Meningkatkan keberanian siswa dalam mengkomuniklasikan ide dan gagasan.
e. Menanamkan konsep IPA dalam konteks yang tepat serta bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
D. Manfaat Penelitian
Dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat sekaligus, baik secara teoretis maupun praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Menambah pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keguruan, terutama mengenai pengelolaan proses pembelajaran yang efektif.
b. Menambah wacana pengetahuan di bidang penelitian tindakan kelas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Meningkatkan aktifitas belajar siswa dan mempermudah mengingat serta memahami konsep-konsep IPA
b. Bagi Guru
Meningkatkan kemampuan guru dalam berkreasi dan berinovasi pada pembelajaran sehingga lebih efektif dan efisien dalam peranannya sebagai fasilitator dan mediator
c. Bagi Sekolah
Meningkatkan profesionalisme guru IPA di Sekolah Dasar dengan menulis penelitian ilmiah yang memberikan solusi bagi permasalahan pembelajaran IPA.
d. Peneliti,
Sebagai kegiatan pengembangan profesi pendidik guna menambah pengalaman dalam melaksanakan tugas dimasa depan.

LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teori
1. Paradigma Pembelajaran
Paradigma yang lama adalah guru memberikan pengetahuan memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Guru hanya perlu menuangkan apa yang diketahuinya ke dalam botol kosong yang siap menerimanya. Banyak guru yang mengganggap paradigma lama ini sebagai satu-satunya alternatif dalam proses pembelajaran. Mereka mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal serta mengadu siswa satu sama lainnya.
Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama tersebut. Teori, penelitian, dan pelaksanaan pembelajaran membuktikan bahwa para guru sudah harus mengubah paradigma pembelajarannya. Guru perlu menyusun dan melaksanakan pembelajaran berdasarkan beberapa pokok pemikiran sebagai berikut:
a. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa.
|
b. Siswa membangun pengetahuan secara aktif.
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan suatu yang dilakukan terhadap siswa. Siswa tidak menerima pengetahuan dari guru atau kurikulum secara pasif. Teori semata menjelaskan bahwa siswa mengaktifkan struktur kognitif mereka dan membangun struktur-struktur baru (Anderson & Armbruster dalam Dimyati, 2002:45). Jadi penyusun pengetahuan yang terus menerus menempatkan siswa sebagai peserta yang aktif.
c. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa.
Kegiatan belajar mengajar harus lebih menekankan pada proses mendapatkan suatu konsep daripada hasilnya. Seorang guru yang memiliki paradigma lama mengklasifikasikan siswa dalam kategori prestasi belajar seperti dalam penilaian ranking dan hasil-hasil tes. Paradigma baru mengembangkan kompetensi dan potensi siswa berdasarkan asumsi bahwa usaha dan pendidikan bisa meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa (Maslow dalam Dimyati, 2002:46 ).
d. Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara siswa dan interaksi antara guru dengan siswa.
Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi siswa. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lain serta membangun pengertian dan pengetahuan bersama (Johnson, Johnson & Smith dalam Dimyati, 2002:46).
2. Prinsip dan Karakteristik Pembelajaran IPA
a. Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu guru dituntut untuk merancang proses pembelajaran yang melibatkan siswa di dalamnya.
Berikut disajikan 4 (empat) prinsip pembelajaran IPA yang dikemukakan olah Trianto (2007:104) untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan di sekolah, yaitu:
1) Memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai fasis.
2) Menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah.
3) Latihan berfikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam.
4) Memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perencanaan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah.
b. Karakteristik Mata Pelajaran IPA
Sebelum kita menentukan strategi pembelajaran (tujuan, model dan evaluasi), sebaiknya kita harus memahami dahulu karaktaristik mata pelajaran IPA atau sains yang akan kita ajarkan. Dalam sains dipelajari permasalahan yang berkaitan dengan fenomena alam dan berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Fenomena alam dan sains dapat ditinjau dari objek, persoalan, tema dan tempat kejadiannya.
Pembelajaran sains memerlukan kegiatan penyelidikan baik melalui observasi maupun eksperimen, sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah. Selain itu pembelajaran sains mengembangkan rasa ingin tahu melalui penemuan berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah. Melalui kerja ilmiah, peserta didik dilatih untuk memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori sebagai dasar untuk berfikir kreatif, kritis, analisis dan divergen.
Dengan demikian menurut Indrawati (2008:5) dalam pembelajaran IPA atau sains, peserta didik dituntut untuk menguasai/memiliki kemampuan minimal dalam empat hal, yaitu :
1) Menguasai konsep-konsep IPA
2) Terampil menggunakan ketrampilan berfikir dan motorik
3) Memiliki sikap-sikap positif sebagaimana yang dimiliki oleh saintis
4) Mampu menerapkan konsep IPA dan keterampilan berfikir dalam memecahkan masalah sehari-hari
3. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat sekolah dasar diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan kepada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat Sekolah Dasar, ruang lingkup bahan kajian IPA untuk meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi: cair, padat dan gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit lainya.
4. Implementasi pembelajaran IPA
Setelah mengenal empat prinsip pembelajaran IPA dan siap mengimplementasikannya, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk membuat siswa belajar dengan baik, yaitu lingkungan belajar non fisik. Lingkungan belajar non fisik adalah keadaan psikologis di sekitar siswa yang diciptakan oleh guru secara sengaja untuk mendorong siswa belajar.
Faktor-faktor lain yang perlu mendapat pertimbangan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah, adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan belajar yang mendukung dan produktif.
Lingkungan belajar yang mencerminkan prinsip ini adalah sebagai guru harus dapat membangun hubungan yang positif dengan setiap siswa, mengenal dan menghargai mereka satu per satu. Guru juga membangun budaya saling menghargai dan saling menghormati antar siswa baik secara individual maupun kelompok. Guru menggunakan berbagai strategi untuk meningkatkan keyakinan kepada diri sendiri dan kesediaan mengambil resiko dalam belajar. Dan terakhir guru perlu menunjukkan rasa aman pada setiap siswa secara individual melalui dukungan yang terstruktur, penghargaan pada usaha siswa serta yang dikerjakannya.
Salah satu yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah pada setiap proses pembelajaran dimulai dengan mengapresiasi konsepsi siswa tentang konsep-konsep IPA yang akan dipelajari pada pertemuan itu.
b. Lingkungan belajar menumbuhkan peningkatan kemandirian, kolaboratif dan motivasi diri.
Dalam lingkungan semacam ini sebagai guru, mendorong dan mendukung agar setiap siswa bertanggung jawab atas belajar mereka masing-masing. Keberhasilan belajar di tangan para siswa sendiri, sebaiknya ditanamkan. Guru juga membangun berbagai strategi yang dapat menumuhkan keterampilan kolaborasi yang produktif.
c. Kebutuhan siswa, perspektif siswa, minat siswa tercermin dalam program belajar.
Sebagai guru yang menggunakan berbagai strategi yang fleksibel dan responsive terhadap tata nilai, kebutuhan dan minat siswa secara individual. Guru juga mempergunakan berbagai strategi yang mendukung berbagai cara berpikir dan cara belajar siswa. Disarankan pengajaran guru didasarkan pada pengalaman serta pengetahuan awal siswa.
d. Siswa ditantang dan didukung agar mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Lingkungan belajar seperti ini dapat terjadi jika guru merancang dan mengimplementsikan suatu kegiatan yang menumbuhkan belajar yang berkelanjutan, melalui penekanan hubungan antar gagasan dan konsep, serta menumbuhkan ketrampilan investigasi dan penyelesaian masalah.
e. Asesmen merupakan bagian integral dari pembelajaran
Lingkungan belajar seperti ini tercermin pada asesmen yang dibuat guru dapat mencakup berbagai macam aspek dari belajar, misalnya dalam bentuk portofolio. Guru juga mengembangkan asesmen dengan kriteria yang jelas serta terbuka atau transparan. Jangan lupa asesmen seperti ini mesti mendorong siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri. Sebaiknya, soal-soal tes baik formatif maupun sumatif bukan menggunakan bahasa teks dari buku ajar.
f. Belajar menghubungkan siswa dengan masyarakat dan praktik yang berada jauh di luar kelas.
Lingkungan seperti ini dapat terwujud jika guru mendukung siswa terlibat dengan pengetahuan kontemporer dan pengetahuan praktis di lapangan. Guru juga membuat rencana yang dapat menciptakan hubungan antara siswa dengan komunitas sekitarnya.
5. Hakekat Hasil Belajar
Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran.
Hasil belajar merupakan suatu prestasi yang dicapai seseorang dalam mengikuti proses pembelajaran, dengan kata lain hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri individu yang belajar. Perubahan yang diperoleh dari hasil belajar adalah perubahan secara menyeluruh terhadap tingkah laku yang ada pada diri individu. Hasil belajar itu mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sesuai menurut Bloom yang dikutip Djaafar (2001:83) menyatakan hasil belajar dibagi dalam tiga ranah atau kawasan yaitu (1) Ranah Kognitif, (2) Ranah Afektif dan (3) Ranah Psikomotor.
Masing-masing ranah menghasilkan kemampuan tertentu. Hasil belajar ranah kognitif berorientasi kepada kemampuan “berpikir” yang mencakup kemampuan memecahkan suatu masalah. Hasil belajar ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati-hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakkan terhadap sesuatu. Sedangkan hasil belajar ranah psikomotorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak.
Menurut Gagne yang dikutip Djaafar (2001:82) hasil belajar merupakan kapabilitas atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar yang dapat dikategorikan dalam lima macam, yaitu: (1) informasi verbal, (2) keterampilan intelektual, (3) Strategi kognitif, (4) Sikap, dan (5). Keterampilan motorik. Hasil belajar dapat diperoleh dari interkasi siswa dengan guru atau interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya yang sengaja dirancang dan direncanakan guru dalam perbuatan mengajar. Sudjana (2004 : 54) menyatakan hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri dan dari lingkungan
Selanjutnya Winataputra (2007:25) lebih menjelaskan, hasil belajar berupa perilaku atau tingkah laku. Seseorang belajar akan berubah atau bertambah perilaku, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik atau penguasan nilai-nilai (sikap )
6. Tinjauan Tentang Permainan Gambar Puzzle
Sebelumnya kita telah mengetahui bahwa permainan dalam pembelajaran seperti permainan gambar puzzle adalah salah satu cara yang dapat menarik karena cara ini dapat memotivasi siswa untuk menyukai pelajaran IPA. Puzzle Picturemenurut Wojowasito dan Poerwadaminta (2004:165) adalah teka-teki berupa gambar yang dapat merangsang anak untuk berfikir. Hanya saja sebelum kita mengajarkannya di depan kelas, guru harus mengetahui strategi yang tepat untuk mengajarkannya. Sebelum kita mengajar harus terlebih dahulu melakukan persiapan. Salah satunya adalah mengetahui keadaan siswa yang akan diajar dan mempersiapkan strategi yang tepat serta menarik untuk menghadapinya.
Ada beberapa yang diharapkan siswa setelah guru memasuki ruangan kelas dan guru nantinya diharapkan dapat memenuhi hal tersebut sehingga siswa tetap termotivasi untuk belajar. Menurut Ronald. W. Luce (dalam Suryanto, 2002:207) hal yang diinginkan siswa tersebut adalah: (1) Siswa ingin kebutuhan pribadinya terpenuhi dalam belajar. Mereka ingin bakat dan kemampuannya dihargai oleh guru dalam kelas. (2) Siswa ingin gurunya benar-benar menghargai mereka sebagai “manusia”, yang peduli mereka bukan hanya guru yang selalu ingin mengevaluasi. (3) Siswa ingin ditantang dengan pelajaran bukan menjatuhkan mereka. (4) Siswa ingin guru menjaga dan selalu mendukung mereka mengikuti perkembangnya secara individu. (5) Siswa menyukai guru yang bisa menyesuaikan diri dengan mereka, humoris dan bisa mengerti humor mereka. (6) Siswa menyukai cara menerangkan yang jelas dan lengkap serta memberikan contoh-contoh yang konkrit.
Lana Becker dan Kent N. Schneider (dalam Suryanto, 2002:208) menyarankan beberapa peraturan agar tetap fokus dan termotivasi dalam belajar yaitu: a) menjelaskan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan diajarkan, b) menyediakan media visual untuk mendukung materi pelajaran, c) menerangkan materi pelajaran secara logis dan dapat diterapkan, d) memberikan kegiatan di dalam kelas segera setelah materi tersebut diajarkan, e) membantu siswa untuk menghubungkan pelajaran yang lalu dengan pelajaran yang sedang diajarkan, f) menghargai siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung. Apabila siswa merasa dihargai mereka akan memberikan usaha terbaiknya, dan g) memberikan standar belajar yang tinggi.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa memberikan materi pelajaran melalui permainan gambar puzzle bertujuan untuk menarik perhatian siswa dan menjaga motivasinya untuk belajar IPA dan dapat mengembangkan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kerangka Berpikir
Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi aktifitas dan hasil belajar IPA, misalnya kurikulum, media, alat peraga, strategi dan model pembelajaran. Dengan demikian salah satu strategi yang cocok dalam proses pembelajaan IPA adalah dengan penerapan metode permainan puzzle untuk meningkatkan aktifitas belajar pada siswasebab permainan gambar puzzle adalah salah satu cara yang dapat menarik karena cara ini dapat memotivasi siswa untuk menyukai pelajaran IPA. Berdasarkan kajiaan teori di atas penulis dapat menggambarkan kerangka pemeikirannya sebagai berikut.
![]() |
| |||||
![]() | ||||||
![]() |
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berfikir serta mempertimbangkan konsep yang ada, maka “ Diduga Melalui Permainan Puzzles Pictured Game Dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Terhadap Materi Fungsi Alat Tubuh Manusia Pada Siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Jambo Labu”

METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di SD Negeri Jambo Labu yang terletak di Desa Jambo Labu Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur, dengan alasan penulis bertugas di sekolah tersebut.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama ± 4 (empat) bulan yang dimulai pada bulanAustus s/d November 2013 semester I tahun pelajaran 2012/2013 dengan alasan bertepatan dengan materi yang penulis ajarkan.
B. Subyek Penelitian
Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Jambo LabuKecamatan Birem Bayeun dengan jumlah siswanya adalah 26 orang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan. Situasi kelas yang dijadikan subjek penelitian cukup memadai.
C. Sumber Data
|
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi. Instrument yang digunakan untuk melaksanakan penelitian adalah (1) dokumen observasi tindakan berupa catatan terhadap siswa dalam pembelajaran IPA selama pembelajaran berlangsung, dokumen tindakan analisis setiap akhir siklus. (2) sumber informasi lain adalah adalah kolaborator (guru) yang mengamati selama pelaksanaan tindakan. (3) lembaran test berupa soal yang digunakan untuk melihat penguasaan konsep –konsep materi pembelajaran tentang sistem pencernaan manusia yang sudah diajarkan.
Selama proses pembelajaran berlangsung aktivitas siswa terus diamati oleh observer dan peneliti. Hal-hal yang diamati adalah a) aktif menyusun gambar puzzle dalam kelompok, b) membaca buku sumber untuk menyelesaikan tugas dalam lembaran kerja, c) berinteraksi dengan teman sekelompok dalam menyelesaikan masalah, d) mencatat hasil diskusi dalam lembaran kerja, e) bertanya dalam diskusi kelas, f) menjawab pertanyaan teman dalam diskusi kelas, g) membuat kesimpulan hasil diskusi kelas.
E. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dan dideskripsikan sesuai permasalahan yang ada dalam bentuk laporan hasil penelitian. Rancangan pembelajaran interaktif dan pemberian tugas kerja kelompok dilakukan validasi oleh guru
Data hasil observasi keaktifan belajar siswa dianalisi dengan menggunakan analisis deskriptif sederhana dengan menghitung persentase peningkatan motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
F. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan ditentukan setelah peneliti melakukan proses pembelajaran di kelas sesuai dengan materi yang diajarakan. Di samping itu telah dilakukan tes formatif setelah pembelajaran selesai.
Adapun kriteria indikator keberhasilan adalah sebagai berikut.
1. Apabila rata-rata hasil ulangan harian siswa dan nilai tes formatif lebih dari 70(70 %), pembelajaran dapat dikatakan berhasil.
2. Apabila rata-rata hasil ulangan harian kurang dari 70 (70 %), pembelajaran belum berhasil sehingga perlu dilanjutkan kesiklus 2.
3. Nilai rata-rata adalah jumlah nilai seluruhnya dibagi banyaknya siswa yang diteliti.
4. Prosentase nilai rata-rata adalah jumlah nilai seluruhnya dibagi banyaknya siswa yang diteliti dan hasilnya dikalikan seratus persen.
G. Prosedur Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu tindakan reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Sudarsono (2002:24) memberikan batasan tentang penelitian tindakan kelas yaitu suatu bentuk penelitian yang bersifat refleksif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara profesional. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelas yang langsung peneliti terlibat di dalamnya atau kelas yang diajar, bertujuan bukan hanya sebagai solusi untuk mengatasi masalah, tetapi juga melibatkan pengajar sendiri secara aktif dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran
Penelitian dilakukan melalui empat langkah dalam setiap siklus penelitian, yaitu perencanaan (planing), tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection) serta indikator kerja. Siklus kedua dilakukan mengacu pada siklus sebelumnya dengan menyempurnakan segala kekurangan yang ada pada siklus pertama tersebut.
Adapun alur penelitian digambarkan sebagai berikut


![]() |




![]() | |||
![]() |
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dengan masing-masing siklus mempergunakan langkah-langkah:
1. Siklus I
a. Rencana Tindakan
Guru membuat rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan, kemudian menyiapkan gambar-gambar rangka manusia yang akan digunakan dalam permainan gambar puzzle. Selain itu juga dipersiapkan lembaran kerja siswa yang akan memandu siswa dalam kegiatan (kerja). Juga membuat soal-soal untuk pekerjaan rumah (PR) siswa, sistem penilaian, persiapan buku pegangan siswa, persiapan soal evaluasi, lembaran observasinya.
b. Pelaksanaan Tindakan
Guru menjelaskan materi pelajaran tentang fungsi rangka manusia dan pemeliharaanya sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Selanjutnya memberikan informasi tentang mempergunakan gambar puzzle yang melibatkan siswa dalam kelompok. Membentuk kelompok belajar siswa dan siswa menyusun gambar puzzle yang sudah dipersiapkan guru dalam kelompok masing-masing. Setelah gambar tersusun siswa mengerjakan lembaran kerja dengan berdiskusi dalam kelompok, guru memberikan penjelasan sehubungan dengan kesulitan-kesulitan yang dijumpai siswa sambil mengawasi kegiatan siswa tersebut. Setelah lembaran kerja selesai dikerjakan maka siswa diminta untuk mempersentasekan hasil pekerjaan di depan kelas dan kelompok yang lain menanggapi. Pada akhir kegiatan diadakan tes akhir.
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh observer dan juga peneliti. Semua hal-hal ditemukan ditulis dan direkam oleh peneliti dan observer.
d. Refleksi
Untuk mengoreksi kegiatan yang telah dilakukan diadakan refleksi terhadap hasil yang sudah diperoleh berdasarkan catatan pengamatan atau rekamannya.
2. Siklus II
a. Rencana Tindakan
Dengan berdasarkan hasil refleksi dibuat rencana pembelajaran untuk siklus II (kedua) guna melanjutkan kegiatan siklus I (pertama), dengan menyempurnakan tindakan-tindakan sesuai koreksi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus II materi pelajaran dilanjutkan dengan menyiapkan permainan puzzle gambar-gambar alat indera manusia dengan materi pembelajarannya adalah tentang fungsai alat indera manusia dan pemeliharaanya. Siswa bekerja dalam kelampok menyelesaikan LKS yang sudah disediakan dengan berdiskusi, memplenokan dan mempertahankan pendapat kelompoknya. Peran guru tetap berkeliling mengawasi dan memberikan penjelasan apabila siswa mengalami kesulitan.
c. Observasi
Observasi dlakukan oleh pengamat dan peneliti, semua temuan dicatat dan direkam sebagai bahan kajian dalam refliksi nantinya.
d. Refleksi
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan gambar puzzle, dilanjutkan dengan melaksanakan refleksi terhadap kegiatan siklus II berdasarkan catatan-catatan pengamat
.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripasi Kondisi Awal
Sebelum dilakukan tindakan, proses belajar mengajar untuk mata pelajaran IPAmasih terfokus kepada guru dan kurang terfokus pada siswa. Akibatnya kegiatan belajar mengajar lebih ditekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran
Kondisi tersebut menjadikan aktifitas belajar siswa kelas IV cenderung rendah dan monoton, ditandai dengan siswa lebih senang diceramahi, siswa sedikit sekali yang mau bertanya, sedikit siswa yang mampu menjawab pertanyaan, dan contoh-contoh materi pelajaran yang diberikan guru masih kurang terkait dengan lingkungan kehidupan siswasehari-hari. Hal inilah yang menyebabkan nilai rata-rata hasil belajar IPA pada Fungsi Alat Tubuh Manusia menjadi rendah yaitu 57,69 seperti tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Kondisi Awal
No
|
Kriteria
|
Rentang
Nilai
|
Jumlah
|
persentase
|
Rata-Rata
|
1
|
Belum Mencapai
KKM
|
40 – 69
|
19
|
73,08 %
|
57,69
|
2
|
Sudah Mencapai
KKM
|
70 – 100
|
7
|
26,92 %
|
|
Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
| ||||
|

Nilai tertinggi dan terendah hasil belajar pada kondisi awal juga dapat penulis paparkan pada tabel di bawah ini.
Table 4.2 Nilai Tertinggi dan Terendah Kondisi Awal
No
|
Keterangan
|
Nilai
|
1
|
Nilai Tertinggi
|
75
|
2
|
Nilai Terendah
|
40
|
3
|
Jumlah Nilai
|
1500
|
4
|
Nilai Rata-rata
|
57,69
|
Data diatas dapat diperjelas melalui diagram batang seperti gambar di bawah ini

B. Deskripsi Tindakan dan Hasil Penelitian Siklus I
- Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi awal, penulis bersama peneliti menyusun rencana tindakan untuk memecahkan masalah yang ditentukan dalam refleksi awal. Perencanaan ini mencakup menyiapkan rancangan tindakan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, instrument pengumpul data dalam bentuk perencanaan dan rambu-rambu analisis data (target).
Pelaksanaanya dilakukan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 x 40 menit.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan, masing-masing pertemuan 2 x 40 menit. Dalam laporan ini akan diuraikan pelaksanaan pembelajaran tindakan siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 13 September 2012 untuk pertemuan pertama dan tanggal 20 September 2012 untuk pertemuan kedua.
a. Pertemuan 1
Pelaksanaan tindakan pertemuan ke satu siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 September 2012 pukul 09.00 sampai dengan pukul 10.20. WIB
Adapun pelaksanaan proses pembelajaran pada pertemuan pertama diuraikan sebagai berikut;
1) Pada tahap pendahuluan peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran, yang meliputi tujuan produk, proses dan afektif.
b) Memotivasi siswa dengan cara menjelaskan pentingnya materi yang akan dipelajari untuk memahami materi selanjutnya dan menerapkannya kehidupan sehari-hari.
c) Membagi kelompok secara heterogen dan mendiskusikan beberapa soal PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
2) Pada tahap kegiatan inti peneliti melakukan sebagai berikut:
a) Peneliti mengkomunikasikan materi tentang bagian-bagian rangka manusia dengan metode tanya jawab dan ekspositoris, kemudian setiap kelompok dibagikan potongan gambar-gambar rangka manusia yang harus mereka rangkai menjadi gambar yang berarti. Selama proses pembelajaran terjadi komunikasi antara siswa dalam kelompoknya sekaligus menjawab persoalan-persoalan yang diberikan berkaitan dengan gambar. Peneliti terus memantau aktivitas belajar siswa dan membantu mengarahkan ketika ada kelompok yang mengalami kebuntuan (tidak tepat) baik ketika merangkai gambar ataupun dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan.
b) Memimpin diskusi kelas dimana masing-masing wakil kelompok mengemukakan pendapatnya atas gambar dan persoalan apa yang didapat pada masing-masing kelompok.
3) Pada tahap penutup peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Menyimpulkan atas hasil data yang diberikan oleh masing-masing kelompok.
b) Memberikan persoalan tambahan untuk menghubungkan materi pelajaran yang diberikan saat itu dengan kehidupan sehari-hari.
c) Memberikan PR yang diambil dari soal-soal latihan yang terdapat dalam buku paket atau buku penunjang lainnya.
b. Pertemuan 2
Pelaksanaan tindakan pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada hari selasa 20 September 2012 pukul 09.00 sampai dengan pukul 10.20.WIB
Adapun pelaksanaan proses pembelajaran pada pertemuan kedua diuraikan sebagai berikut;
1) Pada tahap pendahuluan peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran, yang meliputi tujuan produk, proses dan afektif.
b) Memotivasi siswa dengan cara menjelaskan pentingnya materi yang akan dipelajari untuk memahami materi selanjutnya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c) Membagi kelompok secara heterogen dan mendiskusikan beberapa soal PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
2) Pada tahap kegiatan inti penelit melakukan sebagai berikut:
a) Peneliti mengkomunikasikan materi tentang fungsi rangka pada manusia dengan metode tanya jawab dan ekspositoris, kemudian setiap kelompok dibagikan potongan gambar-gambar pada tulang manusia yang harus mereka rangkai menjadi gambar yang berarti. Selama proses pembelajaran terjadi komunikasi antara siswa dalam kelompoknya sekaligus menjawab persoalan-persoalan yang diberikan guru berkaitan dengan gambar. Peneliti terus memantau aktivitas belajar siswa dan membantu mengarahkan ketika ada kelompok yang mengalami kebuntuan (tidak tepat) baik ketika merangkai gambar ataupun dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan.
b) Memimpin diskusi kelas dimana masing-masing wakil kelompok mengemukakan pendapatnya atas gambar dan persoalan apa yang didapat pada masing-masing kelompok.
3) Pada tahap penutup peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) menyimulkan atas hasil data yang diberikan oleh masing-masing kelompok.
b) Memberikan persoalan tambahan untuk menghubungkan materi pelajaran yang diberikan saat itu dengan kehidupan sehari-hari.
c) Memberikan PR yang diambil dari soal-soal latihan yang terdapat dalam buku paket atau buku penunjang lainnya
- Observasi /Pengamatan
Berdasarkan data hasil pengamatan, diskusi dengan observer yang berasal dari teman sejawat dan hasil tes akhir siklus I, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a. Belajar IPA dengan menggunakan permainan gambar puzzle terlihat lebih baik dalam proses belajar di kelas, aktivitas siswa mulia meningkat dalam kegiatannya, peneliti/guru belum menjadi fasilitator dan motivator bagi seluruh siswa, kerja sama kelompok belum maksimal dan siswa masih malu-malu untuk mengemukakan pendapatnya.
b. Siswa yang pandai kelihatannya lebih dominan dalam aktivitas kelompok, guru kelihatannya kurang memotivasi siswa-siswa yang berada di level bawah untuk bisa memunculkan potensinya.
c. Gambar puzzle yang diberikan hanya satu untuk tiap-tiap kelompok (dengan jumlah anggota kelompok 5 siswa) sehingga waktu yang diberikan banyak tersisa dan hal ini mengakibatkan munculnya sikap negatif dari beberapa orang siswa.
d. Dari hasil pengamatan observer tergambar belum seluruh siswa aktif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan permainan puzzle hal ini dibuktikan dengan hanya beberapa siswa ikut aktif dalam kegiatan kelompok. (lihat foto aktifitas siswa pada lampiran)
Hasil belajar IPA pada Materi Rangka Manusia yang ditunjukkan melalui hasil tes akhir siklus I, terdapat 11 siswa yang memiliki nilai dibawah 70 dengan nilai terendah 50 dan tertinggi 85, rata-rata 68,46.
Berikut hasi belajar setelah diberikan tindakan pada siklus I secara lengkap dapat penulis paparkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siklus I
No
|
Kriteria
|
Rentang
Nilai
|
Jumlah
|
persentase
|
Rata-Rata
|
1
|
Belum Mencapai
KKM
|
40 – 69
|
11
|
42,31 %
|
68,46
|
2
|
Sudah Mencapai
KKM
|
70 – 100
|
15
|
57,69 %
|
Data di atas dapat diperjelas melalui diagram ven seperti tampak pada gambar di bawah ini

| |||
| |||
Nilai tertinggi dan terendah hasil belajar pada siklus I juga dapat penulis paparkan pada tabel di bawah ini
Table 4.4 Nilai Tertinggi dan Terendah Pada Siklus I
No
|
Keterangan
|
Nilai
|
1
|
Nilai Tertinggi
|
85
|
2
|
Nilai Terendah
|
50
|
3
|
Jumlah Nilai
|
1780
|
4
|
Nilai Rata-rata
|
68,46
|
Data diatas dapat diperjelas melalui diagram batang seperti gambar di bawah ini
Gambar 4.4 Diagram Nilai Tertinggi dan Terendah Pada Siklus I

- Analisis dan Refleksi Siklus I
Analisis dan refleksi ini dilakukan setelah pembelajaran berlangsung,observer/pengamat dan peneliti berdiskusi tentang kelemahan-kelemahan yangberkaitan dengan pembelajaran pada siklus I.
Berdasarkan hasil refleksi di atas, maka perlu dicarikan alternatif perbaikan dari permasalahan yang timbul dengan menyempurnakan tindakan yang dipilih dan meningkatkan keadaan yang telah baik pada siklus I.
C. Deskripsi Tindakan dan Hasil Penelitian Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan ini mencakup menyiapkan rancangan tindakan yang sudah direvisi dalam mengantisipasi kelemahan-kelemahan pada siklus I
Pelaksanaanya dilakukan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 x 40 menit.
2. Pelaksanan Tindakan
Siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, masing-masing pertemuan 2 x 40 menit. Dalam laporan ini akan diuraikan pelaksanaan pembelajaran tindakan siklus II yang dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2012 untuk pertemuan pertama dan tanggal 18 Oktober 2012 untuk pertemuan kedua. Pada dasarnya pelaksanaan proses pembelajaran pada sikus II sama halnya dengan siklus I. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II adalah melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran.
a. Pertemuan 1
Pelaksanaan tindakan pertemuan ke satu siklus II dilaksanakan pada 11 Oktober 2012 pukul 09.00 sampai dengan pukul 10.20.WIB
Adapun pelaksanaan proses pembelajaran pada pertemuan pertama diuraikan sebagai berikut;
1) Pada tahap pendahuluan peneliti/guru melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran, yang meliputi tujuan produk, proses dan afektif.
b) Memotivasi siswa dengan cara menjelaskan pentingnya materi yang akan dipelajari untuk memahami materi selanjutnya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c) Membagi kelompok secara heterogen dan mendiskusikan beberapa soal PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
2) Pada tahap kegiatan inti guru melakukan sebagai berikut:
a) Guru mengkomunikasikan materi tentang fungsi alat indera manusia dengan metode tanya jawab dan ekspositoris, kemudian setiap kelompok dibagikan potongan gambar-gambar alat indera manusia yang harus mereka rangkai menjadi gambar yang berarti. Selama proses pembelajaran terjadi komunikasi antara siswa dalam kelompoknya sekaligus menjawab persoalan-persoalan yang diberikan guru berkaitan dengan gambar. Guru terus memantau aktivitas belajar siswa dan membantu mengarahkan ketika ada kelompok yang mengalami kebuntuan (tidak tepat) baik ketika merangkai gambar ataupun dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan.
b) Memimpin diskusi kelas dimana masing-masing wakil kelompok mengemukakan pendapatnya atas gambar dan persoalan apa yang didapat pada masing-masing kelompok.
3) Pada tahap penutup guru melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) menyimulkan atas hasil data yang diberikan oleh masing-masing kelompok.
b) Memberikan persoalan tambahan untuk menghubungkan materi pelajaran yang diberikan saat itu dengan kehidupan sehari-hari.
c) Memberikan PR yang diambil dari soal-soal latihan yang terdapat dalam buku paket atau buku penunjang lainnya.
b. Pertemuan 2
Pelaksanaan tindakan pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2012 pukul 09.00 sampai dengan pukul 10.20.
Adapun pelaksanaan proses pembelajaran pada pertemuan kedua diuraikan sebagai berikut;
1) Pada tahap pendahuluan guru melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran, yang meliputi tujuan produk, proses dan afektif.
b) Memotivasi siswa dengan cara menjelaskan pentingnya materi yang akan dipelajari untuk memahami materi selanjutnya dan menerapkaannya dalam kehidupan sehari-hari.
c) Membagi kelompok secara heterogen dan mendiskusikan beberapa soal PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
2) Pada tahap kegiatan inti guru melakukan sebagai berikut:
a) Guru mengkomunikasikan materi tentang pemeliharaan alat indera manusia dengan metode tanya jawab dan ekspositoris, kemudian setiap kelompok dibagikan LKS yang harus mereka jawab dengan mendiskusikan bersama anggota kelompoknya. Selama proses pembelajaran terjadi komunikasi antara siswa dalam kelompoknya sekaligus menjawab persoalan-persoalan yang diberikan guru berkaitan dengan gambar. Guru terus memantau aktivitas belajar siswa dan membantu mengarahkan ketika ada kelompok yang mengalami kebuntuan dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan.
b) Memimpin diskusi kelas dimana masing-masing wakil kelompok mengemukakan pendapatnya atas apa yang didapat pada masing-masing kelompok.
3) Pada tahap penutup guru melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) menyimpulkan atas hasil data yang diberikan oleh masing-masing kelompok.
b) Memberikan persoalan tambahan untuk menghubungkan materi pelajaran yang diberikan saat itu dengan kehidupan sehari-hari.
c) Memberikan PR yang diambil dari soal-soal latihan yang terdapat dalam buku paket atau buku penunjang lainnya
- Observasi/Pengamatan
Berdasarkan data hasil pengamatan, hasil tes akhir siklus II dan diskusi anggota peneliti, ternyata pembelajaran IPA pada materi ” Alat Indera Manusia” melalui penggunaan permainan gambar puzzle memberi manfaat yang cukup baik. Hal ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Aktivitas siswa tampak baik dimana mereka lebih sibuk menyusun gambar secara berkelompok, kemudian berusaha dengan sungguh-sungguh menyelesaikan soal dalam lembaran kerja yang diberikan guru.
b. Siswa yang pandai tidak lagi menonjol dalam kelompok, guru sudah berhasil memotivasi siswa yang berada pada level bawah untuk bisa lebih aktif dalam mengemukakan pendapatnya. (lihat foto aktifitas siswa terlampir)
c. Suasana kelas sudah lebih terkontrol, karena pada siklus II kegiatan belajar siswa dibagi 4 kelompok. Masing-masing kelompok mengerjakan 1 gambar puzzle dan jumlah anggota tiap kelompok 5 orang. Sehingga waktu untuk mengerjakan tugas lebih lama.
d. Berdasarkan hasil pengamatan observasi, siswa lebih menyukai pembelajaran menggunakan gambar puzzle. Hal ini dibuktikan dengan seluruh siswa terlibat aktif mengerjakan tugas yang diberikan guru dan semangat sekali untuk menemukan jawaban lembaran kerja dengan membaca buku sumber.
Hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan nilai siswa hasil tes pada akhir siklus II ternyata dari 26 jumlah siswa, hanya 1 orang siswa (3,85 %) yang memperoleh nilai dibawah 70, skor terendah 65 dan tertinggi 100 dengan nilai rata-rata 79,75.
Berikut hasi belajar setelah diberikan tindakan pada siklus II secara lengkap dapat penulis paparkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5 Data Hasil Belajar Siklus II
No
|
Kriteria
|
Rentang
Nilai
|
Jumlah
|
persentase
|
Rata-Rata
|
1
|
Belum Mencapai
KKM
|
40 – 69
|
1
|
3,85 %
|
80,19
|
2
|
Sudah Mencapai
KKM
|
70 – 100
|
25
|
96,15 %
|
Data di atas dapat diperjelas melalui diagram ven seperti tampak pada gambar di bawah ini

| |||
| |||
Nilai tertinggi dan terendah hasil belajar pada siklus II juga dapat penulis paparkan pada tabel di bawah ini
Table 4.6 Nilai Tertinggi dan Terendah Pada Siklus II
No
|
Keterangan
|
Nilai
|
1
|
Nilai Tertinggi
|
100
|
2
|
Nilai Terendah
|
65
|
3
|
Jumlah Nilai
|
2085
|
4
|
Nilai Rata-rata
|
80,19
|
Data diatas dapat diperjelas melalui diagram batang seperti gambar di bawah ini
Gambar 4.6 Diagram Nilai Tertinggi dan Terendah Pada Siklus II

- Analisis dan Refleksi Siklus II
Analisis dan refleksi ini dilakukan setelah pembelajaran berlangsung,observer/pengamat dan peneliti berdiskusi tentang kemajuan yang berkaitan dengan pembelajaran pada siklus II.
Dari analisis data diatas, sudah tergambar adanya peningkatan hasil belajar IPA pada materi Rangka dan Alat Indera hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa mulai dari kondisi awal, siklu I hingga ke siklus II
Berdasarkan hasil observasi di atas, maka peneliti beserta pengamat memutuskan unutk menghentikan penelitian ini pada siklus II karena sudah dianggap berhasil dan KKM yang ditetapkan yaitu 70,00 sudah tercapai. Namun demikian peneliti berusaha terus untuk lebih meningkatkan hasil belajar dengan penerapan inovasi-inovasi baru pada proses pembelajaran.
D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Aktivitas siswa pada siklus pertama sudah bergeser dari kondisi awal sebelum dilakukan tindakan namun belum maksimal. Pada kegiatan menyusun gambar puzzle belum diikuti oleh seluruh anggota kelompok. Masih ada siswa yang tidak mau tahu dengan apa yang dikerjakan teman dan menerima saja hasil yang sudah dibuat temannya.
Kegiatan kerjasama ataupun diskusi yang dilaksanakan pada siklus I masih didominasi oleh beberapa orang siswa. Siswa yang tampil berbicara itu ke itu saja dan siswa yang berada di level bawah masih malu-malu untuk mengungkapkan pendapatnya.
Sedangkan pada siklus II siswa menjadi lebih aktif, termotivasi, lebih tertantang untuk belajar, muncul sikap positif dan berkurang sikap negatifnya. Siswa lebih sering aktif ikut menyusun gambar puzzle, berinteraksi dengan teman sekelompok dan peduli dengan temannya, aktif dalam diskusi kelas serta tekun membaca buku sumber untuk menyelesaikan soal-soal dalam LKS.
Belajar sambil bermain itulah gambaran proses belajar mengajar yang teramati dalam penelitian ini, siswa menjadi semangat dalam belajar, suasana kelas menjadi hidup, guru sudah bisa menjadi fasilitator dan motivator. Lebih penting lagi terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep materi pelajaran.
Disamping itu pola pembentukan kelompok yang memadukan antara pertimbangan guru dengan kemampuan siswa serta keinginan siswa menghasilkan kelompok yang harmonis. Antara siswa yang pandai dengan yang kurang pandai terjalin hubungan yang baik sehingga terjadi saling membantu dalam kegiatan diskusi. Pada akhirnya terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah tes hasil belajar dilakukan guru.
Hasil tes akhir belajar pada kondisi awal sebelum diberikan tindakan hanya mencapai nilai rata-rata 57,69 dengan ketuntasan belajar hanya sebesar 26,92 % (7 siswa) yang sudah mencapai KKM. Pada tes akhir belajar siklus I mulai adanya peningkatan yaitu rata-rata nilai siswa 68,46 dengan ketuntasan belajar sebesar 57,69 % (15 siswa).Ini berarti belum mencapai KKM yang sudah ditetapkan yaitu 70,00. Oleh sebab itu peneliti perlu melanjutkan siklus II dengan memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi kegiatan siklus pertama.
Pada siklus kedua rata-rata nilai siswa sudah mencapai 80,19, ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran siklus II sudah menunjukkan peningkatan yang sangat tajam, dimana ketuntasan belajar sudah dicapai bahkan melebihi target yang ditetapkan. Semua ini disebabkan oleh keterlibatan dan kesungguhan siswa dalam berdiskusi semakin tinggi. Peneliti/guru sudah berhasil memotivasi siswa sehingga minatnya semakin baik dalam diskusi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari pencapian hasil belajar yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada kelas IV semester I SD Negeri Jambo Labu Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran melalui Permainan Puzzles Pictured Game dapat meningkatkan pemahaman konsep pada mata pelajaran IPA khusunya materi ” Fungsi Alat Tubuh Manusia”
2. Melalui media gambar puzzle dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan kerjasama antar siswa serta hasil belajarnya.
3. Guru mendapat kemudahan dalam berkreasi dan berinovasi pada pembelajaran, lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4. Aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan seiring dengan semakin optimalnya pelaksanaan pembelajaran dengan permainan gambar puzzle.
5. Aktivitas siswa berupa penyelesaian tugas-tugas pembelajaran secara kelompok sangat dipengaruhi oleh susunan anggota kelompok.
6.
|
7. Suasana pembelajaran lebih variatif, tidak monoton, dan menambah minat siswa untuk mencari tahu tentang konsep-konsep materi ” Fungsi Alat Tubuh Manusia” pada pembelajaran IPA.
B. Saran
Mengacu kepada hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Pembelajaran IPA agar diupayakan lebih mengutamakan mendorong siswa secara aktif
2. Permainan gambar puzzle dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru untuk meningkatkan pemahaman konsep bagi siswa dalam mata pelajaran IPA.
3. Sebaiknya guru menyiapkan beberapa alternatif gambar yang menarik untuk digunkan dalam proses pembelajaran.
4. Bahan bacaan atau sumber belajar IPA perlu diupayakan guru agar lebih sesuai dengan kompetensi yang dituntut kurikulum.
5. Agar aktivitas siswa dalam pembelajaran terpantau lebih baik, perlu dikembangkan instrumen yang benar-benar dapat mencakup seluruh aktivitas pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Darmansyah , 2006. Tekhnik Belajar Yang Menyenagkan. Jakarta. Rineka Cipta
Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Dikmenum. 2003. Menjadi Guru Yang Terampil. Jakarta: Direktorat Menengah Umum Ditjen Pendidikan dasar dan Menengah. Depdiknas.
Djaafar, 2001. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta Erlangga
Haryanto. 2004. Sains Jilid 4 Untuk Kelas IV Sekolah Dasar. Jakarta: Erlangga.
Hamalik, Umar. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Iskandar, Srini. 2002. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdikbud.
Indrawati, 2008. Karakteristik Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta. Erlangga.
Nasution, S.2002. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto.2005. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudarsono, F.X. 1992. Action Research. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar. Jakarta. Rineka Cipta
Suryosubroto, B. 1996. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suryanto, 2002. Pembelajaran Dengan Permainan Gambar Puzzle. Jakarta. Rineka Cipta.
Trianto, 2007. Prisip-Prinsip Pembelajaran IPA Jakarta. Erlangga
Usman , 2002 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta. Erlangga.
Winataputra 2007. Beberapa Penyebab Rendahnya Hasil belajar. Bandung Sinar Baru
Wojowasito, Poerwadaminta..2004. Belajar Sambil Bermain. Jakarta. Rineka Cipta
Zamroni. 2003. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas.